Ekonomi AS, China, Eropa Gonjang-Ganjing, RI Harus Waspada!
Jakarta, CNBC Indonesia - Tahun 2023 digadang-gadang menjadi tahun penuh ujian untuk sebagian besar negara maju di dunia. Ini tidak lepas dari adanya tekanan tensi geopolitik Rusia-Ukraina yang terus membayangi.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada awal tahun juga sempat mengungkapkan kekhawatirannya atas dampak yang bisa menimbulkan guncangan terhadap ekonomi negara-negara seperti Amerika Serikat (AS), China, dan Eropa. Tentu Indonesia harus waspada, sebab ketiga negara itu merupakan mitra dagang utama Indonesia.
"Pada 2023, kita (Indonesia) masih pada posisi tahun yang tidak mudah, ini adalah tahun ujian bagi semua negara di dunia, karena tekanan geopolitik yang sangat tinggi. Ekonomi dunia melemah utamanya besar seperti Uni Eropa, China, Amerika Serikat (AS) saya perkirakan akan melemah semua," ujar Jokowi saat sidang kabinet pada awal tahun 2023, dikutip Minggu (8/7/2023).
Seperti diketahui, IMF memperkirakan perekonomian global akan melambat dari 6% pada 2021 menjadi 3,2% pada 2022, dan akan melemah ke 2,7% pada 2023.
Proyeksi pertumbuhan ekonomi global untuk 2023 tersebut menjadi profil pertumbuhan terlemah sejak 2001, kecuali saat krisis keuangan global dan fase akut pandemi Covid-19.
Ekonom Senior Chatib Basri juga turut mengamini apa yang menjadi ramalan IMF dan kekhawatiran Jokowi terhadap ekonomi dunia, karena bisa mempengaruhi ekonomi tanah air.
Chatib memandang bahwa AS memiliki potensi besar untuk mengalami resesi ekonomi, seperti yang sudah terjadi di Eropa. Tingkat tenaga kerja yang masih kuat, menjadi salah satu alasan negara adidaya ini akan tertatih-tatih dalam membangkitkan ekonomi.
Di sisi lain, Eropa yang sudah terjebak dalam jurang resesi, sampai saat ini masih terus dibayangi oleh 'momok seram' berupa inflasi. Di saat dua negara paling berpengaruh di dunia itu masih belum pulih dari pandemi Covid-19.
China yang juga menjadi pemain utama dalam memasok kebutuhan barang modal dan baku di hampir banyak negara di dunia, justru juga masih belum bisa pulih sepenuhnya.
Menurut Chatib, yang juga pernah menjabat sebagai Menteri Keuangan RI (periode 2013-2014), ramalan suram perekonomian AS, Eropa dan China harus menjadi alarm bagi Indonesia untuk selalu waspada.
China dan Amerika Serikat (AS) adalah dua pasar terbesar ekspor Indonesia. Porsi ekspor Indonesia ke AS dan China menebus 34,5% dari total. Pelemahan ekonomi di kedua negara akan sangat berdampak kepada nilai ekspor Indonesia secara keseluruhan.
"Dari skenario saya, kalau ekonomi AS, Eropa, China bermasalah, ekonomi negara-negara ASEAN (termasuk Indonesia) akan terkena dampaknya," jelas Chatib saat berbincang dengan CNBC Indonesia beberapa hari lalu, dikutip Minggu (8/7/2023).
(cap/cap)