Economic Update

Ekonomi AS, China, Eropa Gonjang-Ganjing, RI Harus Waspada!

Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
10 July 2023 07:25
Bendera Amerika Serikat
Foto: Bendera Amerika Serikat (Photo by Win McNamee/Getty Images)

Chatib mengungkapkan, potensi resesi ekonomi di Amerika Serikat (AS) masih sangat mungkin terjadi. Ekonomi Negeri Paman Sam ini, diperkirakan hanya tumbuh di bawah 1% pada sepanjang tahun ini.

"Di AS mungkin pertumbuhan ekonominya nol koma sekian. Jadi potensi resesi itu masih ada, karena pasar tenaga kerja di AS masih sangat kuat," jelas Chatib.

Proyeksi Chatib untuk ekonomi AS tersebut di bawah dari proyeksi IMF yang memperkirakan ekonomi AS bisa tumbuh 1,7% pada 2023. Alasan Chatib bahwa resesi ekonomi akan terjadi di AS, karena pasar tenaga kerja di AS masih sangat kuat.

Jika pasar tenaga kerja di Amerika Serikat masih kuat, bukan tidak mungkin Bank Sentral AS atau The Federal Reserve masih akan menaikkan suku bunga acuan untuk meredam inflasi.

Tingginya suku bunga bank sentral tentu akan menahan konsumsi masyarakat, yang pada gilirannya akan membuat perekonomian menjadi melambat.

Lemahnya perekonomian di AS juga dipicu adanya tekanan geopolitik, karena ekonomi China diperkirakan akan tumbuh melambat. Mengingat Negeri Panda ini merupakan pemain terbesar pemasok barang baku atau modal untuk industri di berbagai belahan dunia.

"Kalau China melambat dan disrupsi terjadi, ini masih soal supply chain issue. Saya tidak mengatakan pasti (resesi ekonomi terjadi di AS), tapi apakah potensi resesi ada, jawaban saya masih ada," jelas Chatib.

Pun menurut Chatib tren tingginya suku bunga The Fed masih sukar diprediksi kapan akan berakhir, karena tingkat pengangguran di AS tidak mungkin akan bisa menyentuh 0%. Saat ini suku bunga acuan Bank Sentral AS  bertahan pada level 5% sampai 5,25%.

Data ketenagakerjaan Amerika Serikat (AS) yang dirilis pada Jumat lalu (2/6/2023) waktu setempat kembali menunjukkan hasil yang positif.

Dari data penggajian non pertanian atau Non-Farm Payrolls (NFP) yang tidak terduga malah naik ke 339.000 pada periode Mei 2023 dibandingkan bulan sebelumnya di 294.000 dan berbanding terbalik dengan konsensus yang memprediksi bisa turun ke 190.000.

Sementara itu, tingkat pengangguran berada di 3,7% dibandingkan perkiraan 3,5%, tepat di atas level terendah sejak 1969. Tak hanya itu, klaim pengangguran yang berakhir pada 27 Mei 2023 sebanyak 232.000. Nilai ini juga masih di bawah konsensus yang proyeksi bisa naik ke 235.000.

Ini menunjukkan kondisi pasar tenaga kerja AS yang masih kuat dengan prospek gaji yang kompetitif. Gaji yang kompetitif tentu berhubungan dengan daya beli masyarakat yang akan tetap terjaga, ini juga menjadi indikasi bahwa ekonomi AS masih cukup bertahan di tengah risiko resesi yang tinggi.

"Secara Nairu (natural rate tingkat pengangguran) di AS itu adalah 5%. Sekarang tingkat pengangguran di AS di 3,7%, berarti di bawah 5%. Larry Summers (Ekonom asal AS) katakan kalau mau inflasi normal, tingkat pengangguran di atas 5%, jadi tingkat upah turun," jelas Chatib.

"Makanya resesinya itu more likely (sangat mungkin) terjadi di AS. Inflasi harus diredam dengan kenaikan suku bunga. Jadi The Fed harus menaikkan suku bunga," kata Chatib lagi.

(cap/cap)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular