
Ternyata Dunia Masih 'Doyan' Minyak Sawit RI, Ini Buktinya

Jakarta, CNBC Indonesia - Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI) Adhi S Lukman mengatakan, ekspor produk olahan minyak sawit RI berpotensi terus meningkat. Tak hanya ke pasar-pasar andalan RI selama ini, tapi juga pasar-pasar baru.
Hal itu dikatakan Adhi dalam Sawit Week 2023 CNBC Indonesia, 'Menjaga Keandalan Industri Sawit Melalui Hilirisasi', Senin (3/7/2023).
"Saya optimis sampai akhir tahun 2023, kalau kita lihat dari beberapa negara di luar AS dan Eropa, permintaan bagus dan terus optimis meningkat. Apalagi India, rising star dalam permintaan," katanya.
"Timur Tengah, China, dan ada pasar pengganti, emerging market pangan olahan. Saya terus yakin, (ekspor) olahan-olahan sawit akan meningkat karena produk kita banyak mengandung sawit. CPO (crude palm oil/ minyak sawit mentah) bukan cuma untuk minyak goreng, tapi banyak produk turunan. Seperti kakao dan produk turunan banyak sekali," ujar Adhi.
Industri makan dan minuman, lanjutnya, memiliki andil dalam ekspor minyak sawit RI. Mulai minyak goreng, maupun produk semi-proses dan produk hilir lain yang mengandung minyak sawit. Seperti bumbu-bumbu, camilan, kakao, dan cokelat.
"Kontribusinya sudah lebih dari 80%," kata Adhi.
Di sisi lain, Adhi mengaku optimistis industri makanan dan minuman RI bakal tetap tumbuh tahun ini. Meski, imbuh dia, sampai April 2023, industri ini stagnan dan hanya tumbuh 0,5%.
"Ini efek Eropa yang terkontraksi dan di dalam negeri ada soal produktivitas dan daya saing; Harga bahan baku juga meningkat. Dan ini juga yang harus diperhatikan, climate change dan geopolitik sangat berpengaruh ke industri makan dan minuman," katanya.
"Saya yakin permintaan akan bagus meski ada beberapa negara mengalami masalah. Tapi, kita harus terus mencari jalan keluar, terutama agar daya saing meningkat," pungkas Adhi.
(dce/dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ekspor Sawit RI Beri Kabar Positif, Bukti Hilirisasi Sukses?
