
Kurangi Impor Hingga Jaga Harga, Aprobi Ungkap Efek Biodiesel

Jakarta, CNBC Indonesia - Ketua Umum Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi) Paulus Tjakrawan mengungkapkan program Biodiesel yang telah digulirkan pemerintah sejak 2006 silam telah memberikan dampak positif secara jangka panjang. Sejak program ini berlangsung, ada penghematan devisa, hilirisasi industri kelapa sawit, penyerapan tenaga kerja, hingga pengurangan emisi karbon.
"Dampak ke ekonominya banyak, pertama dari yang harus impor sekarang buat sendiri. Efek bergulirnya panjang, kalau hanya beli uangnya hilang. Tetapi kalau ini (program biodiesel) ada penyerapan tenaga kerja," kata Paulus dalam CNBC Indonesia Sawit Week, Senin (3/7/2023).
Dia mengatakan tahun ini produksi sawit dari sisi hulu untuk kebutuhan energi telah menyerap 1,6 juta orang. Kehadiran biodisel sebagai bahan bakar nabati menurutnya juga menyeimbangkan harga sawit dunia. Program ini juga berdampak positif pada penurunan emisi hingga 30-32 juta ton Co2 ekuivalen.
"Jadi kalau jatuh tidak terlalu dalam terutama untuk petani. Memang kadang turun, tetapi tidak begitu jatuh. Kurangi impor solar, dan kalau B35 berjalan sempurna, bisa berdampak pada pengurangan emisi," kata dia.
Tahun ini diperkirakan permintaan untuk program B35 menjadi 13,15 juta kilo liter atau setara 80 juta barel. Paulus mengatakan harus dilakukan sosialisasi secara berkelanjutan dan kerja sama dengan produsen kendaraan. Saat ini penggunaan biodiesel juga sedang diujicoba untuk alat berat, yang selama ini masih mengandalkan solar.
"Di internasional penerimaan sangat baik, karena biodiesel Indonesia punya kelebihan-kelebihan," ujarnya.
(rah/rah)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article LIVE! Bagaimana Nasib Sawit Indonesia Jika Dijegal Uni Eropa?