Awas Kaget! 5 Ekonom Top Beberkan Situasi Indonesia Terkini

Anisa Sopiah & Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
07 February 2023 22:00
ekspor
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Luthfi Rahman

3. Bank Permata

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menjelaskan, kinerja pertumbuhan ekonomi 2022 yang mencapai 5,31% perlu dicermati.

Josua menjelaskan, meskipun pertumbuhan ekonomi pada 2022 didorong oleh seluruh komponen dari sisi konsumsi rumah tangga dan investasi. Juga sejalan dengan pengendalian pandemi Covid-19 yang sangat baik.

Pertumbuhan ekonomi 2022 juga terdorong dari ekspor komoditas yang menggembirakan. Kendati demikian, juga harus melihat bahwa masih adanya risiko tensi geopolitik Rusia dan Ukraina dan masih terdapat faktor low based dari realisasi pertumbuhan 2021.

Dengan kata lain, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih rapuh dan belum sekuat seperti level prapandemi.

"Ini masih terdapat faktor low based pada 2021, di mana kondisi ekonomi Indonesia masih belum kembali normal," jelas Josua.

"Sehingga perlu kita cermati di 2023 ini, ada kecenderungan pertumbuhan ekonomi akan melambat dibandingkan 2022," kata Josua lagi.

Adanya perlambatan ekonomi global tentunya akan mempengaruhi kinerja ekspor, sehingga durian runtuh yang didapatkan Indonesia tahun ini diperkirakan tidak akan setinggi seperti tahun lalu.

"Karena faktor dari harga komoditas global atau komoditas ekspor (unggulan) Indonesia, seperti CPO dan batubara diperkirakan akan terus melandai," ujarnya.

Di samping itu, dari volume ekspor akan cenderung melambat, sejalan dengan perlambatan ekonomi dari negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Uni Eropa, dan Inggris.

Sehingga pertumbuhan ekonomi pada 2022, diperkirakan  akan berkisar dalam rentang 4,7% hingga 4,9%. "Cenderung lebih rendah dari 2022 yang mencatatkan 5,31%."

4. Bank Danamon

Ekonom Bank Danamon Wisnu Wardana menjelaskan, konsumsi rumah tangga, khususnya transportasi, komunikasi, hotel dan restoran masih menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi tahun 2022.

Adapun kontribusi rumah tangga sebesar 2,61% terhadap perekonomian secara keseluruhan. Sementara itu, investasi menempati posisi kedua, dengan kontribusi sebesar 1,24% - seiring dengan aktivitas manufaktur yang ekspansif, serta investasi publik yang lebih tinggi.

"Faktor domestik yang menggembirakan dilengkapi dengan kinerja ekspor yang kuat," jelas Wisnu kepada CNBC Indonesia.

Di mana kontribusi ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi RI sebesar 0,81%. Karena adanya kenaikan harga dan volume ekspor nonmigas.

Dinamika permintaan tercermin di sisi penawaran. Empat kontributor terbesar berdasarkan sektor adalah manufaktur (1,01%), transportasi (0,73%), perdagangan (0,72%), dan TIK (0,48%).

"Hal ini menegaskan cerita kami tentang pemulihan permintaan domestik yang solid, yang kami perkirakan akan berlanjut tahun ini," ujarnya.

"Dukungan kuat dari tabungan domestik serta mobilitas akan membantu mencairkan permintaan yang terpendam," kata Wisnu lagi.

Bank Danmon optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia akan kembali tumbuh mencapai 5,3% pada tahun 2023.

5. Core Indonesia

Direktur Eksekutif Centre of Reform on Economics (Core) Mohammad Faisal juga memandang, bahwa capaian pertumbuhan ekonomi 2022 yang mencapai 5,31% didorong adanya faktor eksternal, dibandingkan dengan dorongan faktor domestik.

"Terutama ekspor yang mengalami lonjakan, karena harga komoditas mengalami peningkatan yang besar. Ini yang kemudian mendorong pertumbuhan ekonomi di atas 5%," jelas Faisal.

Sementara faktor domestik, seperti konsumsi, investasi, dan belanja pemerintah, selama 2022 masih belum menunjukkan kekuatannya, dan belum sekuat seperti level prapandemi.

Konsumsi rumah tangga dan investasi mengalami pertumbuhan yang melambat pada kuartal IV-2022. Di mana pertumbuhan konsumsi rumah tangga hanya 4,48%, investasi 3,33%, sementara konsumsi pemerintah kontraksi atau -4,77%.

Sehingga, menurut Faisal ini bisa menjadi sebuah warning bahwa ekonomi domestik sedang tidak baik-baik saja. "Sebetulnya bisa jadi sebuah tanda-tanda bahwa ekonomi domestik sedang ada masalah," ujarnya.

Pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun 2022, kata Faisal tak lepas dari perkembangan terakhir ekonomi global, terutama di Amerika Serikat dan Eropa.

Disamping itu, pada kuartal IV-2022, kata Faisal, terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah, sehingga menahan pertumbuhan ekonomi. Salah satu yang paling berpengaruh adalah kenaikan harga BBM pada September 2022 yang meningkatkan inflasi.

"Adanya inflasi, kemudian berpengaruh kepada spending masyarakat dan pelaku usaha. Selain adanya kenaikan BBM, juga kondisi moneter lebih ketat. Sehingga ini menahan suku bunga di perbankan komersial, dan menyebabkan laju kredit tertahan," jelas Faisal.

Ekonom Core Yusuf Rendy Manilet juga memandang, bahwa pemerintah masih punya pekerjaan rumah, yakni menghadapi angka kemiskinan yang tinggi, yang terkena dampak terhadap daya beli, terutama kelompok menengah ke bawah.

"Artinya jika bantuan tidak presisi diberikan kepada kelompok yang membutuhkan maka potensi terganggunya daya beli akan semakin besar untuk terjadi," ujarnya.

"Jika daya beli terganggu maka ini akan berpotensi mempengaruhi potensi pertumbuhan dari konsumsi rumah tangga di tahun ini," kata Yusuf lagi. 

(cap/cap)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular