Awas Kaget! 5 Ekonom Top Beberkan Situasi Indonesia Terkini

1. Bank BCA
Senior Ekonom BCA Barra Kukuh Mamia menjelaskan, pertumbuhan ekonomi pada 2022 yang mencapai 5,31%, lebih tinggi dibandingkan dengan ekspektasi pasar yang memperkirakan hanya akan tumbuh 5,29%.
"Ini menjadi bukti ketahanan ekonomi domestik di tengah meningkatnya tantangan global," ujarnya dalam laporannya, dikutip Selasa (7/2/2023).
Kekuatan domestik dan global berkontribusi pada pertumbuhan, termasuk pemulihan konsumsi rumah tangga dan kegiatan bisnis karena PPKM dihentikan.
Sehingga meningkatkan harga dan permintaan komoditas global, akibat konflik Rusia-Ukraina dan krisis energi global.
Kendati demikian, Barra menyangkan bahwa kekuatan ekonomi domestik justru mulai melema pada kuartal IV-2022, karena adanya perlambatan ekonomi yang dipicu oleh adanya kekhawatiran resesi ekonomi. Sehingga konsumsi masyarakat jadi tertahan.
"Konsumsi rumah tangga domestik sebagai mesin utama perekonomian menunjukkan tanda-tanda perlambatan," jelas Barra.
Terlihat dari menurunnya impor barang konsumsi dalam beberapa bulan terakhir. Di mana pada kuarta IV-2022 impor barang konsumsi hanya tumbuh 4,48% (yoy), melambat dibandingkan dengan pertumbuhan kuartal III-2022 yang mencapai 5,39%.
"Karena konsumen bergulat dengan tabungan yang menipis dan kepercayaan yang memburuk," ujar Barra.
Penurunan konsumsi masyarakat, kata Barra tercermin dari bagaimana masyarakat memenuhi kebutuhan pokok kesehariannya. Adapun kebutuhan rekreasi atau tersier juga mengalami penurunan yang lebih besar.
Kendati demikian, beberapa sektor, seperti hotel masih menunjukkan pertumbuhan yang sangat tinggi yakni 19,6%, karena adanya low based effect dari tahun lalu.
Sementara konsumsi belanja pemerintah yang mengalami kontraksi 4,51% pada 2022, menurut Barra menjadi catatan tersendiri, agar pemerintah bisa lebih banyak membelanjakan anggaran di paruh pertama tahun ini.
"Dibandingkan dengan membelanjakan di beberapa waktu terakhir di akhir tahun seperti yang biasa dilakukan. Ini untuk memberikan dorongan untuk pertumbuhan ekonomi (di tahun ini)," jelas Barra.
Pemerintah juga harus menyiapkan putaran stimulus fiskal berikutnya, jika mesin ekonomi lainnya melambat, seperti konsumsi dan investasi yang diperkirakan melambat dari perkiraan.
Kendati demikian BCA optimistis bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023 akan relatif sehat, dengan pertumbuhan investasi yang kuat dalam mengimbangi potensi pelemahan konsumsi masyarakat dan belanja pemerintah.
"Untuk saat ini, kami mempertahankan prospek pertumbuhan PDB kami untuk tahun 2023 sebesar 4,74% (yoy), dengan adanya potensi kenaikan yang mengejutkan," jelas Barra.
2. Bank Mandiri
Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman menjelaskan, pertumbuhan ekonomi yang mencapai 5,31% pada 2022, menunjukkan ketahanan ekonomi tanah air di tengah gejolak ekonomi global.
Juga pencapaian pertumbuhan ekonomi berkat ditiadakannya PPKM dan penguatan kinerja ekspor. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan ekspor menurun pada kuartal IV-2022, namun keduanya masih menjadi kontributor pertumbuhan utama.
Pada kuartal IV-2022 pertumbuhan konsumsi rumah tangga menurun menjadi 4,48% (yoy), dari sebelumnya 5,39% (yoy) pada kuartal III-2022.
"Karena inflasi yang relatif tinggi menutupi dampak positif liburan natal dan tahun baru terhadap konsumsi," jelas Faisal.
Penurunan pertumbuhan juga disebabkan oleh base effect yang tinggi dari pertumbuhan kuartal IV-2021, di tengah pembukaan kembali ekonomi dari pembatasan varian Delta. Selama setahun penuh 2022, konsumsi rumah tangga meningkat sebesar 4,93%, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada 2021 yang mencapai 2,02.
Pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada 2022 didorong oleh relaksasi PPKM yang mendorong mobilitas masyarakat sehingga permintaan secara keseluruhan, terutama pada konsumsi terkait mobilitas seperti transportasi, restoran, dan hotel jasa.
"Namun pertumbuhannya masih di bawah prapandemi karena mobilitas masyarakat belum sepenuhnya normal dan laju inflasi melonjak pasca keputusan pemerintah menyesuaikan harga BBM bersubsidi," jelas Faisal.
Ketidakpastian ekonomi global yang masih membayangi tahun 2023, meskipun mulai ada tanda-tanda mereda, namun menurut Faisal pertumbuhan ekonomi Indonesia harus didorong dari sektor domestik. Pasalnya, kegiatan ekspor diperkirakan akan melemah seiring dengan perlambatan ekonomi global.
"Pembukaan kembali ekonomi China memang dapat menopang permintaan, namun harga komoditas masih rentan berlanjut melemah di tengah prospek peningkatan pasokan dan penurunan permintaan di negara-negara Barat," ujarnya.
Dalam menjaga daya beli masyarakat, inflasi harus terus terkendali, di tengah pencabutan PPKM yang dapat meningkatkan mobilitas dan permintaan masyarakat.
Pengeluaran pemerintah yang mengalami kontraksi pada tahun 2022 di tengah menurunnya pengeluaran untuk program Pemulihan Ekonomi Nasional diharapkan dapat kembali mencatat pertumbuhan pada tahun 2023. Termasuk persiapan Pemilu 2024.
Selain itu, sumber PMTB atau investasi tetap akan bergeser dari investasi nonbangunan & infrastruktur, khususnya investasi terkait komoditas, menjadi investasi bangunan dan infrastruktur.
Hal tersebut didukung oleh peningkatan anggaran infrastruktur pada APBN 2023, meningkat sekitar 7% dari kontraksi sebesar -13% pada tahun 2022. Termasuk yakni kelanjutan Proyek Strategis Nasional, proyek hilirisasi, dan pembangunan ibu kota baru ( IKN).
(cap/cap)