
Aneh! Produksi Aman, Impor Dibuka, Harga Beras RI Malah Rekor

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga beras melonjak cetak rekor hari ini, Selasa (20/12/2022). Padahal, pemerintah sudah membuka keran impor 500 ribu ton beras di saat produksi dan stok di masyarakat diklaim aman.
Panel Harga Badan Pangan Nasional menunjukkan, harga beras secara rata-rata nasional di tingkat pengecer naik ke Rp12.950 per kg premium. Sepekan sebelumnya, atau pada 13 Desember 2022, harganya masih di Rp12.900 per kg.
Untuk harga beras medium, tercatat naik ke Rp11.390 per kg dari sepekan sebelumnya Rp11.340 per kg.
Harga tertinggi hari ini dilaporkan terjadi di Kalimantan Selatan dengan Rp16.770 per kg premium dan terendah di Nusa Tenggara Barat (NTB) dengan Rp11.370 per kg.
Untuk medium, harga terendah dilaporkan terjadi di Sulawesi Selatan dengan Rp10.070 per kg dan tertinggi di papua Barat dengan Rp13.530 per kg.
Chart Panel Harga Badan Pangan Nasional menunjukkan, harga beras medium dan premium terus menanjak sejak bulan Agustus 2022. Kala itu, harga masih Rp12.310 per kg premium dan Rp10.780 per kg medium. Ini adalah harga rata-rata nasional di tingkat pengecer.
Sementara itu, Informasi Pangan Jakarta juga melaporkan harga beras naik hari ini. Diantaranya, beras medium (IR 64/ IR.III) naik Rp92 jadi Rp10.252 per kg dan beras premium (Setra I) melonjak Rp2.508 jadi Rp15.066 per kg.
Sebelumnya, Kepala BPS Margo Yuwono mengatakan, selama 3 tahun sebelumnya, beras tidak pernah masuk dalam daftar komoditas penyumbang inflasi di akhir tahun.
Namun, kata dia, kali ini, beras masuk dalam daftar komoditas yang mengalami lonjakan harga akibat musim dan kenaikan permintaan.
Lalu bagaimana jika mengacu data Kementerian Perdagangan (Kemendag)? Ternyata, data harga rata-rata beras nasional dilaporkan lebih tinggi.
Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok Kemendag mencatat, harga beras premium rata-rata nasional pada 19 Desember 2022 melonjak 4,84% dari Rp12.400 pada 20 Desember 2021 jadi Rp13.000 per kg.
Sedangkan, harga beras medium dalam rentang setahun melonjak 8,74% dari Rp10.300 per kg menjadi Rpp13.000 per kg.
Jika dibandingkan harga pada 19 November 2021, harga beras saat ini tercatat sudah naik 5,69% dari Rp12.300 per kg premium dan melayang 8,74% dari Rp10.300 per kg medium.
Harga beras terus naik di tahun 2022. Pada 20 Juni 2022, harga beras tercatat naik ke Rp12.500 per kg premium dan ke Rp10.400 per kg medium.
Dan pada 20 Oktober 2022, naik lagi ke Rp12.800 per kg premium dan Rp10.900 per kg medium.
Sebelumnya diberitakan, Bank Dunia menemukan harga beras di Indonesia selalu lebih tinggi di antara negara di Asia. Dengan membandingkan harga di tingkat ritel pada bulan Januari sejak tahun 2012 hingga 2022 dengan harga di Vietnam, Thailand, dan Filipina.
Namun, Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengatakan, harga beras di Indonesia adalah terendah kedua di Asia.
"Saya kira sebentar lagi mereka (Bank Dunia) akan koreksi data mereka. Harga beras Indonesia nggak pernah di atas HPP, kita terendah kedua di Asia bahkan," kata Syahrul dalam audio pernyataan yang dirilis Kementerian Pertanian (Kementan) Selasa (20/12/2022).
Dia menambahkan, kenaikan harga beras di Indonesia masih belum ada apa-apanya ketimbang negara lain di Asia Tenggara. Syahrul menyebutkan, Indonesia berada di posisi ke dua dengan harga beras termurah, hanya kalah dari Vietnam.
"Jadi harga paling rendah itu cuma Vietnam di bawah Indonesia. Yang lain harganya di atas Indonesia, Singapura Rp 26 ribu, Timor Leste Rp 22 ribu, Thailand Rp 17 ribu, Laos dan Malaysia Rp 13 ribu," ungkapnya.
Di sisi lain, Syahrul sempat meminta warga Indonesia maklum jika saat ini terjadi kenaikan harga beras.
"Kalau harga (beras) naik, sekali-sekali lah kasih petani uang. Wajar saja harga naik sedikit, tapi jangan yang dapat keuntungan malah pedagang, terus petani nggak dapet," kata Syahrul saat diskusi bersama INDEF di Jakarta, Jumat (16/12/2022).
Adapun penyebab dari kenaikan harga beras tersebut, menurut Syahrul adalah karena Indonesia merupakan negara yang besar dan kepulauan, sehingga faktor distribusi dengan transportasi pun sering menjadi penyebab dari kenaikan harga tersebut.
Dari sisi stok dan produksi, Syahrul mengklaim saat ini dalam posisi aman.
"Produksi kita sesuai perencanaan, sangat optimal. Di atas 10,42 juta ha dan produksinya sangat maksimal. Kalau pun sekarang , itu memang pertanian ada waktu-waktu musim panennya. Sekarang ini, Oktober-Desember waktunya musim tanam, bukan panen. Nanti panen Februari-Maret," kata Syahrul.
"Neraca pangan semua termasuk beras sangat aman. Bahwa ada pikiran lain, mungkin ada pertimbangan yang menyangkut kepentingan negara," tambahnya.
Dia pun enggan berkomentar lanjut soal keputusan pemerintah membuka izin impor beras.
"Stok aman, lihat data BPS. Kalau nggak cek data standing crop yang sudah dilegitimasi oleh para pakar dan perguruan tinggi. Kita kan sudah sepakat data BPS itu data kita pakai, data negara," katanya.
"Panen jalan, ketersediaan ada. Data BPS, NTP kesejahteraan petani naik bagus," pungkasnya.
Seperti diketahui, Perum Bulog akan mengimpor 200 ribu ton beras hingga akhir tahun 2022. Bagian dari total izin impor 500 ribu ton beras yang akan diselesaikan hingga sebelum panen raya tahun 2023. Pada 16 Desember lalu, sebanyak 10 ribu ton beras asal Vietnam sudah masuk RI melalui Jakarta dan Merak.
(dce/dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Lapor, Pak Jokowi! Harga Beras Masih Ogah Turun, Ini Buktinya