
China sedang Kacau Balau, Xi Jinping 'Menghilang'

Jakarta, CNBC Indonesia - Otoritas pemerintah lokal dan pusat China telah melonggarkan beberapa pembatasan terkait Covid-19 dalam dua minggu terakhir. Namun peran Presiden di Negeri Tirai Bambu itu kerap menimbulkan pertanyaan bagi publik.
Pasalnya, Presiden China Xi Jinping mendadak 'hilang' saat pemerintah mulai melonggarkan protokol virus corona.
Di seluruh negeri, bilik pengujian Covid, tanda-tanda pemindaian kode kesehatan, dan hambatan penguncian dihapus dengan sangat cepat. Saat infeksi merajalela, pihak berwenang negara itu justru membatalkan aplikasi pelacakan virus dan memutuskan untuk tidak melaporkan infeksi tanpa gejala.
Media negara dan pejabat kesehatan pun telah membalik kampanyenya dari bahaya virus untuk mengecilkan ancamannya. Zhong Nanshan, seorang ahli Covid-19 top dan suara publik utama dalam pandemi, menyatakan Covid-19 varian Omicron adalah coronavirus dingin, mengutip tingkat kematian yang sama untuk flu musiman dan infeksi terbatas di paru-paru.
Di Beijing, penduduk telah bergegas untuk menyimpan obat-obatan yang dijual bebas dan tes antigen, yang mengarah pada kekurangan di apotek dan situs belanja online. Walau begitu, jalanan dan pusat perbelanjaan sebagian besar tetap sepi karena warga banyak yang tinggal di rumah untuk pulih dari Covid atau untuk menghindari terinfeksi.
Sejauh ini, Xi belum muncul ke publik tentang perubahan penting itu. Pemimpin teratas terakhir bersuara memimpin perjuangan melawan Covid pada 10 November lalu saat pertemuan Politburo Partai Komunis yang berkuasa.
Dalam forum itu, Xi berjanji untuk melaksanakan kebijakan nol-covid dinamis seraya meminimalkan dampaknya pada ekonomi dan masyarakat. Ia juga mendesak para pejabat untuk memandu opini publik dengan benar dan berjanji untuk 'dengan tegas memenangkan pertempuran' melawan corona.
Tetapi arahan Xi untuk eliminasi virus dan stabilitas ekonomi terbukti menjadi misi yang sulit mengingat tingginya transmisibilitas omicron. Ketika kasus melonjak di Beijing, Guangzhou dan Chongqing, pihak berwenang setempat kembali ke kuncian dan karantina yang ketat, membatalkan harapan publik untuk kelonggaran dan meningkatnya gairah kegiatan ekonomi.
Kemudian, kebakaran apartemen yang mematikan di kota Urumqi menjadi gong yang penting. Insiden ini membuat warga mulai memprotes kebijakan nol-Covid ala Xi Jinping karena dianggap menghambat evakuasi dan pemadaman dalam kejadian kebakaran itu. Tercatat, demonstrasi dan protes warga mulai melanda beberapa kota seperti Shanghai dan Beijing.
"Ini hanya menunjukkan betapa pentingnya protes sosial ini dalam meyakinkan pemimpin teratas itu sendiri inilah saatnya untuk pindah," kata Yanzhong Huang, seorang senior untuk kesehatan global di Dewan Hubungan Luar Negeri di New York, kepada CNN International, dikutip Sabtu (17/12/2022).
"Kalau tidak, tidak dapat dijelaskan mengapa tepat sebelum protes, mereka sebenarnya menggandakan nol-covid dan membalikkan kebijakan relaksasi."
Kebijakan nol-Covid ala Xi juga sebelumnya mendapatkan pandangan yang kurang baik dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Pasalnya, kebijakan yang menahan mobilisasi ini justru membuat kekebalan warga terhadap Covid-19 menjadi rendah.
Namun, bila China memutuskan untuk melonggarkan kebijakan itu, hal ini justru menimbulkan kekhawatiran karena rendahnya angka kekebalan warga yang nantinya mampu menaikan jumlah kasus harian. Apalagi dengan situasi musim dingin yang mendekat.
"Selalu sangat sulit bagi negara manapun yang keluar dari situasi di mana Anda memiliki kontrol yang sangat, sangat ketat. China menghadapi waktu yang sangat sulit dan sulit," papar juru bicara WHO Margaret Harris dilansir Reuters.
Sementara warga dan para ahli di luar China memperingatkan musim dingin yang gelap di depan, komentar halaman depan dari media propaganda Partai Komunis menyatakan kebijakan Xi telah "sepenuhnya benar" selama ini.
"Kenyataannya telah sepenuhnya membuktikan bahwa kebijakan pandemi kami benar, ilmiah dan efektif. Ini telah memenangkan dukungan rakyat dan dapat bertahan dalam ujian sejarah," kata salah satu media pemerintah China.
Yanzhong Huang sendiri menambahkan bahwa Xi tampaknya sementara menjauhkan diri dari putaran pencabutan nol-Covid. Menurut Huang, ia akan mengambil langkah yang lebih hati-hati dalam pencabutan kebijakan itu.
"Mungkin dia ingin menghindari menunjuk jari. Dia tidak ingin mengikat dirinya terlalu dekat dengan pembukaan kembali yang tiba-tiba, jika itu menyebabkan kematian massal," tambah Huang.
(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Xi Jinping Buka Suara soal Covid China, Sampaikan Pesan Ini