Internasional

Ekonomi China Kian Babak Belur, Kinerja Pabrik Masih Loyo

News - Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
15 December 2022 14:10
Workers assemble electronic cigarettes on a production line at the Ruyan factory in Tianjin, China, Thursday, Feb. 19, 2009. The battery-powered products, which resemble real cigarettes but produce a fine nicotine mist, which is absorbed quickly and directly by the lungs, are gaining ground in America and Europe, and have even made a dent in China, home to 350 million smokers - the world's biggest tobacco market.  (AP Photo/Greg Baker) Foto: Ilustrasi Pekerja Pabrik (AP Photo/Greg Baker)

Jakarta, CNBC Indonesia - Perekonomian China makin melemah akibat melambatnya output pabrik dan penurunan penjualan ritel pada November lalu, di mana keduanya meleset dari perkiraan dan mencatat penurunan terburuk dalam 6 bulan terakhir.

Data menunjukkan penurunan dipicu oleh beberapa hal, seperti kasus Covid-19 dan pembatasan virus yang meluas akibat kebijakan nol-Covid di banyak kota, krisis sektor properti, serta permintaan global yang melemah.

Output industri hanya naik 2,2% pada November dari tahun sebelumnya, meleset dari ekspektasi sebesar 3,6% dalam jajak pendapat Reuters. Data Biro Statistik Nasional (NBS) pada Kamis (15/12/2022) menunjukkan ini juga melambat secara signifikan dari pertumbuhan 5,0% yang terlihat pada Oktober.

Data ini menandai pertumbuhan paling lambat sejak Mei seiring dengan lockdown Shanghai dan gangguan di pusat manufaktur utama Guangzhou dan Zhengzhou.

Sementara itu, penjualan ritel turun 5,9%, ini juga kontraksi terbesar sejak Mei.

"Data aktivitas yang lemah menunjukkan bahwa kebijakan tersebut perlu dilonggarkan lebih lanjut untuk menghidupkan kembali momentum pertumbuhan," kata Hao Zhou, kepala ekonom di GTJAI, mengutip Reuters.

Bank sentral China menggenjot suntikan uang tunai ke dalam sistem perbankan pada Kamis dan menahan suku bunga pinjaman jangka menengah (MLF) untuk menjaga kondisi likuiditas yang cukup.

Otoritas China sendiri telah menetapkan rencana untuk memperluas konsumsi dan investasi dalam negeri.

Langkah ini diambil karena para pembuat kebijakan menghadapi banyak tantangan menyusul pelonggaran pembatasan terkait Covid yang tiba-tiba, yang diperkirakan akan memicu lonjakan infeksi. Itu akan memukul bisnis dan konsumen, sementara ekonomi global yang melemah merugikan ekspor China.

Adapun, perekonomian China tumbuh hanya 3% dalam tiga kuartal pertama tahun ini dan diperkirakan akan tetap berada di kisaran itu selama setahun penuh, jauh di bawah target resmi sekitar 5,5%.


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Covid China Menggila, Ekonomi Kian Merana


(luc/luc)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading