Internasional

WHO Tiba-Tiba Warning China, Ada Apa?

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
14 December 2022 16:00
BEIJING, CHINA - DECEMBER 04: A woman wears a  mask as she rides by an epidemic control worker wearing PPE as he walks in the street near a community with residents under health monitoring for COVID-19 on December 4, 2022 in Beijing, China. In recent weeks, China has been recording some of its highest number of COVID-19 cases since the pandemic began, while some restrictions have been relaxed, authorities are sticking to their approach to containing the virus with targeted lockdowns and testing, mask mandates, and quarantines. The government has launched a vaccination drive targeting the elderly, and indicated that some positive cases may be able to quarantine at home instead of a government facility. (Photo by Kevin Frayer/Getty Images)
Foto: Getty Images/Kevin Frayer

Jakarta, CNBC Indonesia - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan China terkait masa-masa setelah pelonggaran protokol kesehatan nol-Covid yang diambil negara itu.

Ini terjadi saat media pemerintah melaporkan beberapa pasien yang sakit parah di rumah sakit di Beijing sehingga meningkatkan kekhawatiran terkait penyebaran infeksi.

China pada Rabu lalu telah mengumumkan perubahan besar pada aturan pengujian dan karantina. Ini dilakukan setelah protes massal warga terhadap penguncian yang menyebabkan kejenuhan mental.

Kegembiraan yang bertemu dengan perubahan itu dengan cepat memudar di tengah meningkatnya tanda-tanda bahwa China tidak memiliki 'kekebalan kelompok' yang kuat dan tingkat vaksinasi yang rendah di kalangan orang tua.

"Selalu sangat sulit bagi negara manapun yang keluar dari situasi di mana Anda memiliki kontrol yang sangat, sangat ketat. China menghadapi waktu yang sangat sulit dan sulit," papar juru bicara WHO Margaret Harris, dilansir Reuters, Selasa (13/12/2022).

Sebelumnya, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan pada Mei bahwa tindakan penanganan Covid-19 di China tidak berkelanjutan.

Analis mengatakan meski jumlah kasus Covid di China cenderung lebih rendah dalam beberapa pekan terakhir, hal itu bertepatan dengan penurunan dalam pengujian dan makin bertentangan dengan situasi di lapangan.

Kantor berita Xinhua melaporkan ada 50 kasus Covid-19 parah dan kritis di rumah sakit di Beijing. Sebagian kasus tersebut memiliki komorbid atau kondisi kesehatan yang mendasarinya.

Sementara itu, di tengah proses ini, para pemimpin China dilaporkan menunda pertemuan kebijakan ekonomi utama, yang telah ditetapkan untuk memetakan stimulus yang sangat dibutuhkan untuk ekonomi terbesar kedua di dunia itu.

Sebuah laporan Bloomberg News pada Selasa malam, mengutip orang-orang yang mengetahui masalah tersebut, mengatakan bahwa pertemuan tersebut telah ditunda dan tidak ada jadwal untuk penjadwalan ulang.

Ekonom memperkirakan pertumbuhan China telah melambat menjadi sekitar 3% tahun ini, jauh di bawah target resmi sekitar 5,5%. Ini menandai salah satu kinerja terburuk dalam hampir setengah abad.

Dana Moneter Internasional (IMF) juga memperingatkan pada November tentang kemungkinan penurunan peringkat ke PDB China. Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva mengatakan bahwa sekarang penurunan peringkat itu semakin mungkin saat Negeri Tirai Bambu mengalami rata-rata jumlah kasus yang lebih tinggi dibandingkan dengan tahun lalu.

Dalam 3 tahun sejak pandemi meletus di kota Wuhan, China telah melaporkan hanya 5.235 kematian terkait Covid-19. Kematian terakhirnya dilaporkan pada 3 Desember, sebelum negara itu mulai melonggarkan pembatasan.


(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 'Berdamai' dengan Covid, Kegiatan Warga China Mulai Bergeliat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular