
Ini Orang Kaya RI yang Makin Tajir Sejak Pandemi Covid-19

Jakarta, CNBC Indonesia - Pandemi Covid-19 yang telah menghantam Indonesia memang membuat banyak sektor bisnis tertekan, di sisi lain wabah ini justru membuat segelintir pihak malah mendapat 'durian runtuh'.
Lonjakan harga saham dan pasar keuangan sepanjang 2021, meski masih masa pandemi, berdampak pada meningkatnya kekayaan orang-orang kaya di Indonesia.
Menilik dari data Forbes saja, daftar 50 orang terkaya Indonesia berubah dalam setahun, banyak wajah baru dalam daftar tersebut, termasuk jajaran 5 teratas. Berikut daftarnya.
Dua bersaudara, R. Budi dan Michael Hartono, terus memimpin dan menjadi konglomerat terkaya di Indonesia dengan kekayaan US$47,7 miliar, naik dari US$5,1 miliar tahun lalu.
PT Global Digital Niaga Tbk adalah pendorong utama pertumbuhan aktif mereka. Perusahaan induk raksasa e-commerce Blibli berhasil mencatatkan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada November 2022, menghimpun dana baru sebesar Rp 8 triliun (US$510 juta). Hit itu juga merupakan IPO terbesar kedua di RI pada tahun ini.
Wajar saja kekayaannya semakin melejit, sebab pandemi Covid-19 banyak mengubah banyak hal, termasuk tren penggunaan teknologi.
Salah satunya perubahan belanja lewat online yang terus menjadi kebutuhan masyarakat. Kedua, pembayaran dengan sistem digital akan semakin diminati karena efisien. Ketiga, teleworking atau kerja dari rumah yang marak dilakukan akan menghasilkan teknologi pendukung.
Kedua, Dato' Dr. Low Tuck Kwong memimpin diposisi kedua orang terkaya di Tanah Air. Pandemi dan krisis ekonomi global turut menjadi berkah baginya.
Penambang batu bara terbesar keempat di Indonesia, PT Bayan Resources Tbk (BYAN), menjadikannya pemenang terbesar tahun ini, baik dalam persentase maupun dalam dolar. Kekayaannya meningkat sebesar US$9,55 miliar dari tahun yang lalu. Low juga muncul di sampul majalah Forbes Asia edisi Desember.
Seperti diketahui, dunia yang haus akan energi pasca pembukaan ekonomi yang lebih luas setelah dilumpuhkan pandemi, membuat bisnis batu bara RI menjadi sektor paling menguntungkan tahun ini. Krisis di Eropa timur ikut mengerek harga komoditas tersebut menyentuh level tertinggi sepanjang masa.
Dalam lanskap usaha batu bara yang ramai oleh banyak pemain, besar ataupun kecil, satu perusahaan keluar menjadi pemenang de facto.
Disuguhi karpet merah, Bayan Resources (BYAN) menjadi perusahaan batu bara terbaik yang mampu menangkap semua potensi yang tersedia, hal ini terlihat di seluruh metrik mulai dari produksi, kinerja keuangan hingga harga saham yang melompat tinggi.
Posisi ketiga, muncul nama keluarga Widjaja dari grup Sinar Mas. Posisi ini sebenarnya mengalami penurunan. Namun, kebangkitan bisnis kertas grup tersebut membantu meningkatkan kekayaannya sebesar US$1,1 miliar menjadi US$10,8 miliar.
Di masa pandemi, Sinarmas memang kuat berdiri tegak mempertahankan bisnisnya. Grup Sinarmas tahun ini akan lebih fokus pada pengembangan ekosistem infrastruktur teknologi digital mereka. Hal ini terlihat dari mulai masuknya Alibaba ke PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) hingga penawaran saham perdana PT Mora Telematika Indonesia Tbk (MORA).
Selain itu, unit usaha lainnya dari PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) juga memperkuat investasi di ekosistem digital melalui entitas anak, PT Sinar Pertiwi Megah dengan menempatkan modal US$ 25 juta di PT Elang Andalan Nusantara. PT Puradelta Lestari Tbk (DMAS) juga sigap mencuil peluang dari pesatnya permintaan pusat data alias data center.
Demikian juga dengan emiten sawit seperti PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk (SMAR) yang memiliki industri kelapa sawit terpadu dari hulu hingga hilir, telah memiliki pabrik biodiesel untuk mendukung proses transformasi ke energi terbarukan
Dengan kinerja semester I yang cemerlang, khususnya dari sektor komoditas Pandhu melihat hasil itu bisa dipakai sebagai modal ekspansi, terutama penguatan bisnis berbasis teknologi. Pasalnya, pandemi mendorong laju pertumbuhan sektor teknologi semakin pesat, dan menyajikan prospek cemerlang di masa mendatang.
Sementara itu, Sri Prakash Lohia dari Indorama Corp berada di urutan ke-4 dengan kekayaannya meningkat sebesar US$1,5 miliar menjadi US$7,7 miliar.
Lohia merupakan pendiri perusahaan raksasa di bidang petrokomia dan tekstil, yakni Indorama Corporation.
Dari catatan CNBC Indonesia, pagebluk covid-19 tidak menghentikan langkah PT Indo-Rama Synthetics Tbk untuk melakukan ekspansi. Dengan ini, Emiten tekstil ini berhasil mencetak kinerja memuaskan 2021. Perusahaan ini tercatat membukukan laba bersih hingga US$ 84,56 juta atau setara Rp 1,21 triliun.
Pasar ekspor masih menjadi penopang kinerja INDR di tahun 2021, dengan nilai pendapatan mencapai US$ 540,41 juta. Torehan ini berhasil tumbuh 49,27% dibandingkan tahun 2020 yang senilai US$ 362,03 juta.
Sementara untuk pendapatan lokal, tercatat sebesar US$ 344,5 juta. Realisasi tersebut berhasil meningkat 50,26% secara tahunan, dari semula US$ 229,28 juta pada tahun 2020.
Dengan kuatnya kinerja pandemi, pemulihan ekonomi tentunya bisa memciptakan potensi baru bagi INDR.
Melengkapi lima besar adalah Anthoni Salim dari Grup Salim, yang kekayaan bersihnya menjadi US$7,5 miliar.
Kunci dari kekayaan ini ekspansi dan diversifikasi bisnis yang dilakukan terutama sejak pandemi melanda. Anthoni Salim dan keluarga kaya raya dari Grup Salim dengan berbagai investasi di sektor makanan, ritel, perbankan, telekomunikasi hingga energi.
Selama ini Grup Salim paling dikenal dengan dua emiten konsumen yang mereka miliki yakni PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) serta anak usahanya PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP).
Salim Group cenderung memiliki bisnis dari hulu ke hilir. Salim Group pun sukses mendirikan PT Indofood Sukses Makmur Tbk sebagai perusahaan induk. Perusahaan ini mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1990.
Indofood merupakan perusahaan yang khusus bergerak dalam industri pengolahan makanan. Perusahaan ini mengklasifikasikan bisnisnya dalam lima segmen yakni produk konsumen bermerek, bogasari, agrobisnis, distribusi serta budi daya dan pengolahan sayuran.
Indofood bisa dibilang perusahaan yang stabil. Mayoritas segmennya bahkan mengalami peningkatan penjualan meski di masa pandemi. Hanya Bogasari yang tertekan 3,53% yoy menjadi Rp16,66 triliun berdasarkan data tahun 2020. Tak heran kekayaannya setiap tahun mencatatkan angka yang fantastis.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aum/aum)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ini Alasan Orang Kaya Jaksel Obral Rumah, Bangunan Gratis!