Lihat saja laporan Badan Pusat Statistik (BPS) yang baru saja diumumkan, Senin (7/11/2022). Selama kuartal III-2022, pertumbuhan ekonomi Indonesia menembus 5,72% (year on year/yoy).
Pertumbuhan ekonomi itu adalah yang tertinggi sejak kuartal II-2021 (7,07%) atau dalam lima kuartal terakhir. Namun, tingginya pertumbuhan kuartal II-2021 merupakan anomali karena lebih dipengaruhi oleh rendahnya basis perhitungan pada kuartal II-2020 (-5,32%).
Baru saja memulai pemulihan, perang Rusia-Ukraina meletus pada 24 Februari lalu perekonomian negara-negara di dunia ikut terancam. Dua raksasa ekonomi yang menjadi sumber pertumbuhan dunia yakni China dan Amerika Serikat (AS) juga tengah pincang.
Tidak hanya AS tapi dunia juga diramal akan mengalami resesi tahun depan karena tingginya inflasi. Analis memperkirakan bahwa risiko dunia mengalami resesi kini sebesar 50% dalam 18 bulan ke depan.
Ekonomi global terus dilanda guncangan supply yang parah, yang membuat inflasi meninggi dan pertumbuhan ekonomi melambat. Tetapi, kini dua faktor lagi muncul, yakni bank sentral yang menaikkan suku bunga dengan sangat agresif serta demand konsumen yang melemah.
Ketidakpastian global yang semakin tinggi akibat perang, pengetatan suku bunga dan krisis biaya hidup membuat para analis memperkirakan tren negara-negara yang jatuh ke jurang resesi tahun depan semakin benar adanya.
Dari daftar negara yang berpotensi kena resesi, Indonesia tidak termasuk di dalamnya. Tepat seperti paragraf awal, ekonomi Indonesia terlihat cukup kuat.
Namun memang harus disayangkan, walaupun perekonomian kita tumbuh bagus 5,72% bukan berarti semua perusahaan untung.
Indonesia memang sukses mempertahankan ekonominya di tengah isu resesi semakin meluas, namun jika dilihat dari lapangan usaha, ada beberapa sektor yang melesat tinggi dan menurun tajam hingga berujung pada pemutusan hubungan karyawan (PHK).
Untuk diketahui, krisis yang terjadi antara Rusia-Ukraina ini memunculkan krisis yang melanda sektor perdagangan, finansial, energi hingga pangan di seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Dari titik itulah muncul gelombang kedua PHK. Di sektor riil, PHK massal melanda perusahaan Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) di Jawa Barat. Data Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) mencatat ada 73.000 orang yang di-PHK sepanjang Januari-Oktober 2022. Jumlah itu belum termasuk pekerja perusahaan yang tidak tergabung di Apindo.
Sektor teknologi digital, yang selama ini dianggap kalis dari efek pandemi dan mendapat berkah darinya, kini ikutan terpukul efek embargo Barat atas Rusia. Para raksasa teknologi telah memangkas karyawannya, mulai dari Meta, Twitter hingga Microsoft.
Keputusan seperti ini merupakan hal yang biasa terjadi. Kejadian ini juga menjadi dampak dari keputusan bisnis yang belum tepat.
Gaya bisnis startup yang mengedepankan pertumbuhan dengan arus kas negatif tidak akan bisa bertahan. Pada akhirnya, bisnis yang sehat harus punya arus kas yang positif.
Model bisnis startup yang sepenuhnya bergantung kepada dana investor. Modal mereka kemudian dihabiskan untuk segala bentuk promosi dan pemasaran demi menggaet pengguna, yang dikenal dengan "bakar duit".
Bisnis tidak bisa terus-terusan berharap suntikan modal baru terus datang untuk mendanai ekspansi mereka. Subsidi ke konsumen, hanya merupakan cara untuk meningkatkan penguasaan pasar, yang kemudian menjadi fondasi bisnis yang sehat.
Hal serupa juga terjadi di Indonesia. Baru-baru ini, sejumlah perusahaan startup memangkas drastis jumlah pekerjanya. Terbaru, ada emiten PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) dan Ruangguru di sana.
Mereka harus melakukan operasionalisasi karena keterbatasan modal, tidak bisa lagi bakar-bakar duit, sumber dana dari investornya sudah hampir habis.
Maklum saja era suku bunga murah sudah berakhir. Bank sentral di berbagai negara menaikkan suku bunga dengan agresif di tahun ini.
Lihat saja bagaimana bank sentral AS (The Fed) yang menaikkan suku bunga dalam tempo 9 bulan menaikkan suku bunganya sebesar 375 basis poin menjadi 3,75% - 4%. Dalam waktu singkat, suku bunga kredit yang sebelumnya berada di rekor terendah sepanjang sejarah naik ke level tertinggi dalam 14 tahun terakhir.
Artinya, para investor harus membayar mahal jika mengambil kredit investasi. Pendanaan bagi startup-pun seret. Masalahnya di tahun depan situasinya masih sama, bahkan bisa lebih buruk lagi. Kampanye bank sentral menaikkan suku bunga masih belum berakhir guna memerangi inflasi. Suku bunga bisa lebih tinggi lagi, dan resesi hampir bisa dipastikan akan terjadi.
Maka perusahaan startup akhirnya menjaga cash flow supaya tetap sehat. Oleh karena itu, perusahaan memilih melakukan PHK terhadap para karyawan.
Jika tidak melakukan PHK, beban pembayaran gaji karyawan tentunya akan membengkak, apalagi di tahun depan pemerintah sudah memutuskan kenaikan Upah Minum naik maksimal 10% tahun depan.
Berdasarkan Catatan CNBC Indonesia, Pengusaha keberatan dengan keputusan Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Ida Fauziyah menerbitkan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan (Permenaker) No 18/2022 tentang Penetapan Upah Minimum 2023. Permenaker itu jadi acuan penetapan upah minimum tahun 2023 dibatasi naik maksimal 10%.
Meski tak gamblang menolak keputusan tersebut, pengusaha menyinggung kondisi sektor usaha yang saat ini menghadapi anjloknya permintaan. Sudah pasti ini terkait kondisi ekonomi global.
Ketua bidang ketenagakerjaan Apindo, Antonius J Supit mengatakan, Permenaker 18/2022 tersebut bisa memperberat keberlangsungan hidup perusahaan yang saat ini tengah bermasalah.
"Saya nggak diposisi setuju atau tidak, tapi faktanya itu. Saat ini gelombang PHK (pemutusan hubungan kerja) sudah terjadi kehilangan pekerjaan. Ditambah dengan (Permenaker) ini, ya membuat orang yang kesulitan tambah sulit," jelasnya kepada CNBC Indonesia, Senin (21/11/2022).
Dia menambahkan, gelombang PHK sudah terjadi pada beberapa sektor seperti persepatuan dan tekstil. Hal ini disebabkan menurunnya sejumlah order dari pasar ekspor.
Dengan terbitnya Permenaker No 18/2022 membuat kondisi usaha semakin tertekan, khususnya yang yang berorientasi ekspor ke AS dan Eropa.
Dengan kondisi tersebut, PHK akan terancam kian parah karena jika kondisi upah dinaikkan, perusahaan akan mempertahankan orang yan benar-benar dibutuhkan. Sebagai catatan, bukan karena Permenaker ini langsung menyebabkan PHK, melainkan ini membuat tambah runyam lagi. Khususnya usaha yang ekspor ke AS dan Eropa. Kita sudah dikasih tahu buyer akan turun permintaanya.
Namun, Sikap Optimis Tetap Harus Kita Ciptakan
Data BKPM menunjukkan penciptaan tenaga kerja bertambah namun stagnan. Jumlah penambahan tenaga kerja pada kuartal III-2022 hanya mencapai 325.575 orang, naik 12,8% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pada tiga kuartal tahun ini, rata-rata penambahan tenaga kerja hanya berkisar 300 ribu orang.
Pada 2021 di mana rata-rata investasi yang dicatat BKPM tumbuh 9,2%, tenaga kerja juga hanya bertambah 1,21 juta atau naik 4,6% dibandingkan 2020. Pada tahun ini, rata-rata pertumbuhan investasi menembus 35,4% tetapi penambahan tenaga kerja hanya naik 12%.
Saat ini kondisi ekonomi global memang patut dicermati karena punya dampak bagi beberapa sektor. Kendati demikian, pertumbuhan ekonomi yang masih baik di Indonesia sudah seharusnya membawa angin segar ke depan.
Awal Oktober lalu, pemerintah Indonesia menyampaikan bahwa situasi perekonomian saat ini masih bertahan dan pemerintah masih terus berupaya menjaga daya beli masyarakat melalui sejumlah subsidi dan Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang diterima oleh masyarakat secara luas.
Kendati demikian, meski dengan dukungan pemerintah, masyarakat disarankan untuk tidak serta merta menjadi lalai dalam menjaga stabilitas keuangan pribadinya
Perekonomian Indonesia pun akan terus bergerak selama aktivitas dari generasi muda juga bergerak maju. Selain itu, aktifitas yang tinggi dari generasi muda, pertumbuhan ekonomi domestik juga akan semakin lebih baik.
Di tengah keadaan saat ini, penting bagi generasi muda untuk dapat terus melakukan improvisasi diri dengan menambah nilai keterampilan. Semakin luas keterampilan dan pengetahuan maka kesempatan kerja juga akan semakin terbuka.
Selain memperluas keterampilan yang dimiliki, perlu bagi generasi muda untuk menjaga stabilitas pekerjaan mereka dengan optimal. Meski masih berstatus aman dari ancaman resesi, namun tidak menutup kemungkinan akan adanya pergeseran pada suku bunga demi stabilitas moneter Indonesia.
Hal ini akan berpengaruh besar pada ketahanan keuangan perusahaan. Untuk itu, generasi muda dapat mempersiapkan diri dari ancaman PHK sewaktu-waktu dengan meninjau kembali resume dan memperbarui informasi pada laman LinkedIn serta membangun kembali hubungan dengan jejaring yang dimiliki.
TIM RISET CNBC INDONESIA