Waspada! Malapetaka Ini Bisa Bikin Harga Solar RI Meledak

Tim Redaksi, CNBC Indonesia
02 November 2022 12:24
Petugas mengisi BBM mobil di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Minyak (SPBU) milik PT Pertamina di Jakarta, Selasa (28/8). Saat ini sebanyak 60 terminal BBM Pertamina telah menyalurkan biodiesel 20% atau B20 untuk PSO (Public Service Obligation/subsidi). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi Pengisian BBM Pertamina (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Perfect Storm sedang melanda pasar diesel atau solar dunia, di mana cadangan solar dunia diklaim saat ini semakin menipis. Penggunaan bahan bakar solar yang berlebihan didorong oleh Sungai Mississipi yang sedang di landa kekeringan.

Akibat keketingan sungai itu, penggunaan produk solar untuk kereta api dan kendaraan mengalami lonjakan yang berefek pada lonjakan harga yang diprediksi akan terus terjadi.

Mengutip CNBC International, harga solar telah meningkat sebesar 33% untuk pengiriman November 2022 ini. Adapun harga rata-rata nasional untuk solar hari ini adalah US$ 5,30 per galon. "Diperkirakan akan naik 15 sampai 20 sen dalam beberapa minggu ke depan," kata Andy Lipow, presiden Lipow Oil Associates, LLC, dikutip Rabu (2/11/2022).

Cadangan solar sepanjang tahun ini tidak pernah serendah ini sejak tahun 1951, dengan kekurangan terbesar di wilayah Timur Laut termasuk New York dan New England.

Melonjaknya permintaan solar dunia yang mempengaruhi harga itu berimbas kepada harga Solar Non Subsidi di dalam negeri. PT Pertamina (Persero) dan Shell Indonesia bahkan mengerek harga Solar tersebut per 1 November 2022.

Contohnya Pertamina yang mengerek harga Dexlite menjadi Rp 18.000 per liter dari yang sebelumnya Rp 17.800 per liter . Sementara itu untuk harga Pertamina Dex juga naik Rp 18.550 per liter dari yang sebelumnya Rp 18.100 per liter.

Sementara Shell Indonesia mengerek harga produk solarnya yakni BBM Shell V-Power Diesel menjadi saat ini Rp 18.840 dari yang sebelumnya hanya Rp 18.450 per liter.

Kepada CNBC Indonesia, Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga Irto Ginting mengatakan ada beberapa hal yang melatarbelakangi perusahaan akhirnya memutuskan untuk menaikkan harga Solar Non Subsidi. Salah satunya lantaran permintaan bahan bakar diesel global yang semakin tinggi.

"Penyesuaian harga Dex Series (Dexlite dan Pertamina Dex) disebabkan oleh tingginya permintaan bahan bakar diesel di dunia sebagai salah satu subtitusi bahan bakar gas," ujar Irto kepada CNBC Indonesia, Rabu (2/11/2022).

Anggota Komite BPH Migas Saleh Abdurrahman menjelaskan proyeksi harga minyak dunia pada umumnya didasarkan oleh beberapa faktor. Diantaranya yakni faktor fundamental dan faktor non fundamental.

Faktor fundamental terdiri dari supply-demand, pertumbuhan ekonomi, dan output kilang. Sementara non fundamental terdiri dari faktor psikologis krisis di Eropa atau Timur Tengah. "Jadi ya harus siap dengan semua kemungkinan tingkat harga minyak," ujar Saleh kepada CNBC Indonesia, Rabu (2/11/2022).


(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Awas Krisis Solar! Harga Bisa Makin Mahal

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular