
Harga Solar Dunia Bergejolak, Begini Saran BPH Migas

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar diesel global saat ini berada di tengah ancaman perfect storm karena krisis ekonomi dan ketidakpastian geopolitik. Akibatnya harga minyak solar di pasar internasional pun turut bergejolak yang bisa mempengaruhi harga solar di dalam negeri.
Anggota Badan Pengatur Hilir Minyak Dan Gas Bumi (BPH Migas) Saleh Abdurrahman menghimbau agar semua pihak bersiap diri dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi pada 2023 mendatang. Terutama menyangkut harga bahan bakar minyak ( BBM).
"Yang penting kita siap karena kita gak tahu apakah tahun depan lebih baik atau tambah krisis," ujar Saleh kepada CNBC Indonesia, Rabu (2/11/2022).
Saleh pun menyarankan badan usaha penyalur di dalam negeri dapat mengamankan pasokan serta menambah stok BBM. Di samping itu, ia juga berharap agar penggunaan transportasi publik dapat digenjot.
"Promosikan transportasi publik, diversifikasi energi dengan gas/cng dan jargas untuk kurangi impor LPG juga mulai mengembangkan bioethanol serta kampanye hemat energi terus menerus," kata dia.
Mengutip CNBC Internasional, Rabu (2/11/2022), harga solar telah melonjak sebesar 33% untuk pengiriman di bulan November. "Harga rata-rata nasional untuk solar hari ini adalah US$ 5,30 per galon dan diperkirakan akan naik 15 sampai 20 sen dalam beberapa minggu ke depan," ujar President of Lipow Oil Associates, LLC Andy Lipow.
Untuk diketahui, cadangan solar sepanjang tahun ini tidak pernah serendah ini sejak 1951, dengan kekurangan terbesar di wilayah Timur Laut termasuk New York dan New England.
Sebelumnya, PT Pertamina resmi menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Solar Non Subsidi di dalam negeri. Adapun kenaikan tersebut diambil dengan mempertimbangkan berbagai faktor.
Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga Irto Ginting mengatakan ada beberapa hal yang melatarbelakangi perusahaan akhirnya memutuskan untuk menaikkan harga Solar Non Subsidi. Salah satunya lantaran permintaan bahan bakar diesel global yang semakin tinggi.
"Penyesuaian harga Dex Series disebabkan oleh tingginya permintaan bahan bakar diesel di dunia sebagai salah satu substitusi bahan bakar gas," ujar Irto.
Adapun untuk harga BBM Solar Non Subsidi di wilayah DKI Jakarta seperti Dexlite naik dari yang sebelumnya Rp 17.800 per liter menjadi Rp 18.000. Sementara, Pertamina Dex naik dari yang sebelumnya Rp 18.100 per liter Rp menjadi 18.550 per liter.
Faktor lainnya adalah MOPS (Mean of Platts Singapore) Kerosene sebagai acuan harga diesel pada periode 25 September hingga 24 Oktober berada di level yang cukup tinggi. Setidaknya dalam periode tersebut harganya berada di kisaran US$ 130 per barel.
(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Awas Krisis Solar! Harga Bisa Makin Mahal