
Awas Krisis Solar! Harga Bisa Makin Mahal

Jakarta, CNBC Indonesia - Badan usaha penyedia Bahan Bakar Minyak 9BBM) di dalam negeri per 1 November 2022 kompak menaikkan harga Solar non subsidinya. Seperti misalnya PT Pertamina (Persero) dan juga Shell Indonesia.
Pertamina mengerek harga Dexlite menjadi Rp 18.000 per liter dari yang sebelumnya Rp 17.800 per liter . Sementara itu untuk harga Pertamina Dex juga naik Rp 18.550 per liter dari yang sebelumnya Rp 18.100 per liter. Shell Indonesia juga menaikkan harga produk solarnya yakni BBM Shell V-Power Diesel menjadi saat ini Rp 18.840 dari yang sebelumnya hanya Rp 18.450 per liter.
Kepada CNBC Indonesia, Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga Irto Ginting mengatakan ada beberapa hal yang melatarbelakangi perusahaan akhirnya memutuskan untuk menaikkan harga Solar Non Subsidi. Salah satunya lantaran permintaan bahan bakar diesel global yang semakin tinggi.
"Penyesuaian harga Dex Series (Dexlite dan Pertamina Dex) disebabkan oleh tingginya permintaan bahan bakar diesel di dunia sebagai salah satu substitusi bahan bakar gas," ujar Irto kepada CNBC Indonesia, Rabu (2/11/2022).
Mengutip CNBC Internasional, Rabu (2/11/2022) perfect storm saat ini tengah melanda pasar diesel global. Di mana cadangan solar sedang menipis, terjadi karena kekeringan yang terjadi di Sungai Mississippi, akibatnya mendorong lebih banyak penggunaan Solar untuk kebutuhan Kereta Api dan Truk.
Adapun, harga solar telah melonjak sebesar 33% untuk pengiriman di bulan November. "Harga rata-rata nasional untuk solar hari ini adalah US$ 5,30 per galon dan diperkirakan akan naik 15 sampai 20 sen dalam beberapa minggu ke depan," ujar President of Lipow Oil Associates, LLC Andy Lipow.
Untuk diketahui, cadangan solar sepanjang tahun ini tidak pernah serendah ini sejak 1951, dengan kekurangan terbesar di wilayah Timur Laut termasuk New York dan New England. "Ini tidak hanya membatasi kemampuan petani untuk mengekspor kedelai dan biji-bijian yang mereka tanam, tetapi juga untuk menerima bahan bakar dan pupuk yang mereka butuhkan untuk beroperasi," kata Direktur Eksekutif Koalisi Transportasi Kedelai Mike Steenhoek.
Anggota Komite BPH Migas Saleh Abdurrahman menjelaskan proyeksi harga minyak dunia pada umumnya didasarkan oleh beberapa faktor. Diantaranya yakni faktor fundamental dan faktor non fundamental.
Faktor fundamental terdiri dari supply-demand, pertumbuhan ekonomi, dan output kilang. Sementara non fundamental terdiri dari faktor psikologis krisis di Eropa atau Timur Tengah. "Jadi ya harus siap dengan semua kemungkinan tingkat harga minyak," ujar Saleh kepada CNBC Indonesia, Rabu (2/11/2022).
(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Waspada! Malapetaka Ini Bisa Bikin Harga Solar RI Meledak