Dolar Ngamuk di Atas Rp15.550/ US$, Ini Efek Ngerinya ke RI
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah masih bertengger di atas Rp15.550 per dolar AS. Ini menambah tekanan yang harus ditanggung sektor usaha dan konsumen di dalam negeri.
Pasalnya, dolar AS yang semakin perkasa membuat harga-harga komponen sampai bahan baku, juga barang konsumsi impor menjadi semakin mahal. Ditambah jasa impor hingga biaya utang.
Juga, kalkulasi IMF menunjukkan setiap pelemahan 10% mata uang terhadap dolar AS itu setara dengan kenaikan inflasi 1% di negara yang kursnya terdepresiasi.
Sebelumnya, Wakil Ketua Umum Kadin bidang Perindustrian Bobby Gafur Umar mengatakan, efek domino pelemahan ekonomi global memicu kondisi tak mengenakkan di dalam negeri. Terutama di sektor manufaktur nasional.
Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pun menambah tantangan yang jadi beban sektor usaha di Tanah Air.
"Kondisi manufaktur saat ini memang semakin berat dengan naiknya energi, inflasi, dan suku bunga," kata Bobby kepada CNBC Indonesia, dikutip Kamis (27/10/2022).
"Prediksi ekonomi global akan penuh ketidakpastian di 2023. Intinya ancaman resesi global nyata. Kita fokus ke pasar domestik," ujar Bobby.
Sementara itu, Selasa kemarin (26/10/2022) Mata Uang Garuda kembali melemah ke Rp 15.620 per dolar AS. Banyak yang percaya tak lama lagi rupiah menatap angka Rp16.000 per dolar AS, level yang menurut sejumlah pedagang valas sudah berbahaya.
Sejumlah sektor di dalam negeri pun mulai 'menjerit' akibat pelemahan rupiah atas dolar AS.
(dce/dce)