
Ternyata, Gak Semua Buntung Jika Rupiah 'Keok' Lawan Dolar AS

Jakarta, CNBC Indonesia - Pelemahan rupiah terhadap dolar AS ternyata tak selamanya buntung. Terpantau, rupiah saat ini keok ke Rp15.462 per dolar AS.
Pengusaha berorientasi pasar ekspor pun diuntungkan dengan semakin perkasanya dolar AS. Meski, hal itu tidak bisa serta merta berlaku untuk semua bidang usaha eksportir.
"Sepanjang production cost-nya banyak komponen rupiahnya, pasti lebih untung," kata Ketua Umum Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) Benny Soetrisno Kepada CNBC Indonesia, Selasa (18/10/2022).
Dia mencontohkan beberapa sektor yang minim menggunakan dolaar AS untuk produksinya seperti, minyak sawit (CPO), kopi, kerajinan dan furnitur, pulp & paper, serta rempah-rempah.
Hanya saja sentimen pelemahan mata uang Paman Sam ini juga disertai inflasi yang tinggi dari negara pasar tradisional tujuan ekspor RI, seperti Amerika Serikat dan Eropa. Sehingga diprediksi permintaan akan berkurang.
Presidium Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan (HIMKI) Abdul Sobur tidak menampik ini adalah momentum eksportir menaikkan pertumbuhan omzet. Dimana pada tahun ini omzet diprediksi masih bisa tumbuh 17-18%.
"Kami selaku eksportir tentunya ini momentum untuk menaikkan pertumbuhan omzet, karena itu kami menyasar emerging market seperti India dan Timur tengah, supaya bisa mensubstitusi pasar tradisional (AS dan Eropa)," katanya kepada CNBC Indonesia.
Menurutnya permintaan dari AS dan Eropa diprediksi akan mengalami penurunan, imbas dari ketidakpastian ekonomi global. yang dipicu dari konflik geopolitik Rusia-Ukraina, dan tekanan inflasi global.
"Ketidakpastian terutama di beberapa negara tujuan ekspor utama produk furniture dan kerajinan Indonesia sehingga menimbulkan adanya market shock yang berdampak pada penundaan order bahkan pembatalan order terutama dari Amerika dan Eropa," katanya.
(dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dolar Ngamuk Tembus Rp15.550, Pengusaha Ngaku Belum Ada Efek