Rupiah Masih Mending, Mata Uang Ini Ambles Paling Parah!

Annisa Aflaha, CNBC Indonesia
27 October 2022 12:02
Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah sempat terapresiasi di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) sebelum akhirnya terkoreksi pada pertengahan perdagangan Kamis (27/10/2022). Padahal, mayoritas mata uang di Asia berhasil menguat. Apa pemicunya?

Mengacu pada data Refinitiv, rupiah berhasil menguat pada pembukaan perdagangan sebesar 0,19% ke Rp 15.500/US$. Sayangnya, rupiah berbalik arah dan terkoreksi tipis 0,01% ke Rp 15.570/US$ pada pukul 11:10 WIB.

Sementara indeks dolar AS terpantau menguat tipis 0,08% di pasar spot ke posisi 109,78. Namun, posisi tersebut kian menjauhi posisi tertingginya selama dua dekade di 114,7. Menandakan bahwa dolar AS mulai melandai dari keperkasaannya. Meski begitu, Mata Uang Garuda belum berhasil mempertahankan penguatannya pada awal sesi pagi ini.

Fenomena melandainya dolar AS diperkirakan merupakan pergerakan konsolidasi saja sebab potensi bank sentral AS (Federal Reserve/the Fed) masih akan agresif untuk menaikkan suku bunga acuannya guna meredam angka inflasi yang dinilai masih tinggi.

"Menurut kami adalah bahwa secara fundamental, ada faktor-faktor yang masih mendukung dolar AS yakni perbedaan suku bunga, fakta bahwa Fed masih memiliki lebih banyak pekerjaan yang harus dilakukan," kata Ahli Strategi Mata Uang Senior di National Australia Bank Rodrigo Catril dikutip Reuters.

"Tapi tentu saja dalam waktu dekat, mengingat berapa harganya, kami telah melihat sedikit retracement dalam dolar ... menurut kami adalah bahwa ini sedikit konsolidasi dari pergerakan baru-baru ini daripada perpanjangan penurunan dolar lebih lanjut," tambahnya.

Departemen Perdagangan AS pada Rabu (26/10) melaporkan adanya peningkatan terhadap defisit perdagangan barang pada September 2022 hingga 5,7% menjadi US$ 92,2 miliar.

Hal tersebut disebabkan oleh keperkasaan dolar AS yang sempat melonjak ke posisi tertinggi selama dua dekade pada akhir September lalu di posisi 114,7. Bahkan di sepanjang tahun ini si greenback telah meroket hingga 11% terhadap enam mata uang dunia lainnya dan membuat kegiatan ekspor di Negeri Paman Sam menurun karena harga barang menjadi lebih mahal untuk pembeli yang menggunakan mata uang lain.

Padahal, porsi ekspor berkontribusi cukup signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

"Ekspor bersih akan memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan PDB pada kuartal ketiga tahun ini, menambahkan sekitar 3% ," kata Ekonom di JPMorgan di New York Daniel Silver.

Sementara impor barang naik 0,8% menjadi US$ 269,8 miliar karena lonjakan terhadap impor barang modal hingga 4,4%. Di sisi lainnya, impor makanan dan pasokan industri malah turun.

Namun, konsensus analis Reuters memprediksikan bahwa PDB AS pada kuartal III-2022 masih akan tumbuh dan keluar dari zona kontraksinya selama dua kuartal beruntun. Survei ekonom Reuters memproyeksikan PDB AS akan tumbuh ke 2,4% pada kuartal III-2022.

Para pelaku pasar global tampaknya masih akan menantikan rilis PDB AS kuartal III-2022 yang akan dirilis hari ini pukul 19:30 WIB. Rilis data tersebut sangat penting untuk dicermati karena dapat menggambarkan situasi perekonomian dunia. Pasalnya, PDB AS berkontribusi 25% terhadap PDB dunia.

Sehingga ekonomi Negeri Star and Stripes tumbuh, maka akan menjadi katalis positif untuk ekonomi negeri lainnya di dunia. Tentunya, Tanah Air juga akan diuntungkan, karena AS merupakan mitra dagang terbesar kedua setelah Tiongkok untuk ekspor Non-migas.

Jika melansir data dari Kementerian Perdagangan, kegiatan ekspor Non-migas ke AS pada periode Januari-Agustus 2022 menyentuh nominal US$ 19,86 miliar atau setara dengan Rp 305 triliun (asumsi kurs Rp 15.596/US$).

Melandainya indeks dolar AS di pasar spot, menjadi momok yang tepat untuk penguatan mata uang di Asia. Yen Jepang dan baht Thailand menjadi mata uang berkinerja terbaik hari ini, di mana menguat masing-masing sebesar 0,16% dan 0,08% terhadap greenback.

Sementara, yuan China dan rupee India terkoreksi paling tajam sebesar 0,63% dan 0,43% di hadapan dolar AS. Kemudian, disusul oleh dolar Singapura yang terkoreksi tipis 0,03% dan Mata Uang Tanah Air melemah 0,01%.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aaf/aaf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Nasib Suku Bunga Fed Bisa Makin Jelas Besok, Rupiah KO Lagi?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular