Pasalnya, dolar AS yang semakin perkasa membuat harga-harga komponen sampai bahan baku, juga barang konsumsi impor menjadi semakin mahal. Ditambah jasa impor hingga biaya utang.
Juga, kalkulasi IMF menunjukkan setiap pelemahan 10% mata uang terhadap dolar AS itu setara dengan kenaikan inflasi 1% di negara yang kursnya terdepresiasi.
Sebelumnya, Wakil Ketua Umum Kadin bidang Perindustrian Bobby Gafur Umar mengatakan, efek domino pelemahan ekonomi global memicu kondisi tak mengenakkan di dalam negeri. Terutama di sektor manufaktur nasional.
Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pun menambah tantangan yang jadi beban sektor usaha di Tanah Air.
"Kondisi manufaktur saat ini memang semakin berat dengan naiknya energi, inflasi, dan suku bunga," kata Bobby kepada CNBC Indonesia, dikutip Kamis (27/10/2022).
"Prediksi ekonomi global akan penuh ketidakpastian di 2023. Intinya ancaman resesi global nyata. Kita fokus ke pasar domestik," ujar Bobby.
Sementara itu, Selasa kemarin (26/10/2022) Mata Uang Garuda kembali melemah ke Rp 15.620 per dolar AS. Banyak yang percaya tak lama lagi rupiah menatap angka Rp16.000 per dolar AS, level yang menurut sejumlah pedagang valas sudah berbahaya.
Sejumlah sektor di dalam negeri pun mulai 'menjerit' akibat pelemahan rupiah atas dolar AS.
Panel Harga Badan Pangan Nasional mencatat, harga kedelai impor saat ini, Kamis (27/10/2022 pukul 14.22 WIB) sudah bertengger di Rp14.200 per kg biji kerig.
Padahal, di 20 Oktober 2022, harga masih di Rp14.080 per kg.
Mundur ke 11 Oktober 2022, harga kedelai tercatat di Rp14.000 per kg, dan di 27 September 2022 masih di Rp13.920 per kg.
Lonjakan harga kedelai ini terus berlangsung sejak awal tahunn 2022. Lalu sempat melunak. Penguatan dolar kembali mendongkrak harga kedelai impor di dalam negeri.
Pasalnya, Indonesia masih harus mengimpor 90% kebutuhan impor di dalam negeri.
"Suka atau tidak suka, mau tidak mau, kami minta pengertiannya harga tahu tempe naik 15-20% tolong bisa dimengerti. Bukan cari untung tapi untuk bertahan hidup. Di samping BBM naik, kurs dolar juga naik," kata Ketua Umum Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) Aip Syarifuddin kepada CNBC Indonesia, dikutip Kamis (27/10/2022).
Selain kedelai, harga tepung terigu juga beranjak naik.
Hingga 100% produksi terigu nasional menggunakan bahan baku impor, gandum.
Selain akibat rentetan efek domino pandemi Covid-19 dan perang Rusia-Ukraina, harga tepung terigu merangkak naik juga dipengaruhi penguatan dolar AS atas rupiah.
Panel harga Badan Pangan Nasional mencatat, harga tepung terigu hari ini secara rata-rata nasional naik Rp20 jadi Rp10.900 per kg.
Pada 20 Oktober 2022, harga masih tercatat di Rp10.850 per kg.
Mundur ke 11 Oktober 2022, harga tepung terigu dilaporkan di Rp10.840 per kg, sedangkan di 27 September 2022, harga masih di Rp10.830 per kg.
Pelemahan kurs rupiah terhadap dolar AS turut membuat biaya umrah 'meledak'. Ongkos minimal untuk ibadah ke Tanah Suci kini minimal Rp 29-30 juta.
Ketua Umum Asosiasi Muslim Penyelenggara Haji dan Umrah Republik Indonesia (Amphuri) Firman M Nur mengatakan, ada kenaikan setidaknya 5% dari dari pelemahan rupiah yang menyentuh lebih dari Rp 15.500/US$.
"Sehingga dari harga referensi Rp 26 juta atau US$1.600 per itu nggak cukup, harus US$1.700 untuk memenuhi standar minimal dari Kementerian Perdagangan," kata Firman kepada CNBC Indonesia, dikutip Kamis (27/10/2022).
Namun beban pada biaya umrah tidak hanya pada nilai tukar, namun kenaikan harga avtur atau tiket pesawat dan tingkat inflasi yang tinggi di Arab Saudi juga membuat harga lebih mahal.
"Saat ini angka harga paket sudah mendekati Rp29-30 juta paket termurah, ini yang rasional sesuai standar pelayanan minimal dari Kementerian Agama," kata Firman.
Melansir beberapa website penjualan paket umrah, seperti Pusat Umroh, mereka menawarkan penjualan paket reguler 12 hari Rp 29 juta dan Gold 12 hari Rp 35 juta.
Sedangkan paket dari Almira Travel menawarkan paket termurah sekamar berempat mencapai Rp 29,9 juta dan sekamar berdua Rp 32,4 juta.
Sementara itu, pengusaha elektronik pun ikut mewanti-wanti, pelemahan rupiah bisa mendongkrak kenaikan harga barang di dalam negeri hingga 100%.
Tentu saja, itu berlaku untuk barang elektronik siap pakai yang murni impor.
"Existing model otomatis penyesuaian harga step by step atau elektronik akan keluar model baru, apa lebih efisien atau fitur lebih tinggi," kata Ketua Umum Asosiasi Industri Perangkat Telematika Indonesia (AIPTI) kepada CNBC Indonesia, dikutip Kamis (27/10/2022).
Harga produk, kata dia, akan naik dengan besaran tergantung asal barang, impor atau lokal.
"Nggak 100% (berpengaruh) dolar AS untuk pembuatan produk. Kecuali impor, berarti pengaruh 100% US dolar. Kalau produksi lokal paling nggak (berpengaruh) 70%, itu pun nggak pasti. Tergantung lokal content, kan ada listrik tenaga kerja dalam rupiah," sebut Ali.
Di sisi lain, dia menambahkan, keputusan menaikkan harga jual akibat pelemahan rupiah menghadapi tantangan tersendiri. Karena menyangkut daya beli di dalam negeri.
"Itu (kenaikan harga) pun nggak bisa lepas (langsung tinggi) ke market, harus step by step. Jadi biasanya konsumen tanggung sebagian, pabrikan sebagian, distribusi sebagian," pungkas Ali.