
Doyan Gorengan-Mi Instan, Orang RI Tinggalkan Beras, Beneran?

Konsumsi Olahan Tepung Gandum
Meskipun masyarakat Indonesia sebagian besar tak bisa terpisahkan dari beras, namun seiring dengan berkembangnya olahan makanan olahan tepung gandum maupun tepung beras, masyarakat mulai menjadikannya makanan pokok komplementer.
Dalam 12 tahun terakhir, konsumsi gandum naik porsinya dari 18,3% di tahun 2010 menjadi 27% saat ini. Dipicu urbanisasi dan berkembangnya masyarakat kelas menengah. Hal ini disebutkan sejalan dengan semakin bervariasinya olahan pangan sehingga menaikkan konsumsi produk berbasis gandum yaitu roti, pizza, dan pasta.
Berdasarkan hasil penelitian, sebanyak 79.17% responden memilih olahan gandum sebagai komplementer beras, sementara 20,83% tidak mengonsumsi olahan gandum.
Ini menunjukkan bahwa masyarakat mulai beralih ke gaya konsumsi barat, seperti roti gandum, pizza, pasta, dan sereal. Sedangkan mayoritas masyarakat kelas menengah bawah terus mengganti berasnya ke mi instan karena lebih mudah dimasak dan terjangkau.
Responden menghabiskan biaya untuk olahan gandum dalam sebulan juga cukup beragam. Mulai dari di bawah Rp 100.000 hingga di atas Rp 250.000 per bulan. Berdasarkan hasil riset, 61,4% responden menghabiskan
Jika dirincikan lagi, konsumsi olahan gandum yang dipilih responden cukup beragam, berikut rinciannya.
1. Roti Gandum
Roti gandum utuh terbuat dari tepung yang mengandung semua bagian dari biji gandum termasuk dedaknya. Dalam bagian inilah gandum paling banyak nutrisinya.
Beberapa kandungan yang bermanfaat dari gandum utuh adalah serat, vitamin B, zat besi, folat, kalium dan magnesium. Hasil olahan gandum utuh yang dimasak menjadi roti akan melibatkan proses yang lebih sedikit sehingga nilai gizinya tetap optimal.
Dipicu urbanisasi dan berkembangnya masyarakat kelas menengah. Hal ini disebutkan sejalan dengan semakin bervariasinya olahan pangan sehingga menaikkan konsumsi roti gandum.
Berdasarkan hasil penelitian, rata-rata konsumsi roti gandum mayoritas responden masih di bawah 10 buah per bulan yakni sebesar 69,22%, sementara 13,39% responden dengan rata-rata konsumsi 11-15 buah per bulan, dan konsumsi di atas 20 buah masih rendah yakni 2,78% per bulan.
Responden yang memilih roti gandum sebagai menu makan pagi agar tidak terlalu kenyang sehingga menghindari rasa ngantuk saat bekerja. Sementara itu, berbagai jenis roti gandum juga begitu mudah ditemui di minimarket ataupun supermarket.
Responden penelitian juga menyadari pentingnya konsumsi roti gandum bagi kesehatan karena Roti gandum utuh memiliki kandungan yang rendah lemak dan bebas kolesterol, serta dilengkapi dengan senyawa alami yang diduga dapat melawan perkembangan sel-sel kanker.
2. Mi Instan
Sudah tak diragukan lagi, konsumsi olahan tepung gandum yang satu ini memang menjadi salah satu favorit orang Indonesia. Indonesia merupakan negara yang paling banyak mengonsumsi instan di dunia setelah China.
Mengutip data World Instant Noodles Association, dalam lima tahun terakhir sampai 2021, konsumsi mi instan masyarakat Indonesia terus meningkat.
Pada 2019 konsumsi mi instan di Indonesia turun tipis menjadi 12,52 miliar porsi. Namun, pada 2020 konsumsi mi instan di dalam negeri kembali naik menjadi 12,64 miliar porsi.
Sejalan dengan data penelitian, jumlah rata-rata mie instan yang dikonsumsi responden masih di dominasi kisaran di bawah 5 bungkus per bulan dengan persentase sebesar 69,44%, sementara 20,83% mengonsumsi sebanyak 6-15 bungkus per bulan, 1-2 bungkus dalam 2-3 bulan sebesar 2,78%, dan 1,39% mengonsumsi mi instan lebih dari 20 bungkus per bulan. Sementara 5,56% sisanya tidak mengonsumsi.
Selain praktis, mie instan digemari oleh masyarakat karena rasanya yang lezat. Kendati demikian, dengan data ini artinya masih banyak masyarakat yang sadar akan bahaya mengonsumsi mi instan secara berlebihan.
3. Sereal, Pizza, dan Pasta
Gaya hidup masyarakat kota yang mengkonsumsi makanan sereal mendorong permintaan akan sereal kian tinggi. Indonesia bahkan menjadi salah satu importir terbesar di Asia Timur.
Berdasarkan hasil penelitian, faktanya masih banyak responden yang mengonsumsi sereal dengan persentase 51,39% dengan konsumsi rata-rata di bawah 5 kali/bulan sebesar 36,11%, sementara rata-rata konsumsi 5-10 kali per bulan sebesar 11,11%, rata-rata konsumsi 11-20 kali per bulan dengan persentase 2,78%, dan lebih dari 20 kali per bulan sebesar 1,39%.
Tidak ada petani yang memproduksi gandum. Sehingga sereal belum bisa diproduksi dalam negeri. Mindset masyarakat Indonesia masih terpaku pada konsumsi beras. Sehingga kesulitan untuk mendorong petani memproduksi gandum.
Begitu pula untuk jenis Pizza, mayoritas responden mengonsumsi pizza dengan rata-rata konsumsi di dominasi sebanyak 1-2 kali per bulan dengan persentase 62,5%, 3-5 kali per bulan dengan persentase 4,17%, dan ada pula yang rata-rata konsumsinya di atas 5 kali per bulan dengan persentase 1,39%. Sementara 31,94% lainnya tidak mengonsumsi Pizza.
Terakhir, untuk jenis pasta rata-rata konsumsi responden didominasi sebanyak 1-2 kali per bulan dengan persentase 58,33%, sementara 5,56% responden hanya rata-rata konsumsinya hanya 3-5 kali per bulan, dan 36,11% sisanya tidak mengonsumsi.
Dengan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa konsumsi olahan gandum di wilayah Jabodetabek cukup tinggi. Alasan mereka juga begitu beragam, mayoritas responden menjawab olahan gandum baik roti gandum, pasta, pizza, mi instan menjadi pengganti nasi yang menyenangkan, sebagai alternatif untuk sumber karbohidrat, serta menjadi makanan mudah dikonsumsi.
(aum/aum)