Ngeri Ancaman Stagflasi, Tenang RI Punya 'Senjata Jitu'

Jakarta, CNBC Indonesia - Risiko stagflasi menghantui ekonomi global sebagai imbas dari tingginya inflasi yang diatasi dengan kenaikan suku bunga agresif oleh banyak bank sentral.
Ekonom Senior INDEF, Aviliani menilai Indonesia masih memiliki daya tahan terhadap risiko stagflasi. Meskipun, dampak dari guncangan ekonomi global tetap akan terasa di dalam negeri.
"Indonesia dari sisi demand masih sangat bagus, kelihatan kelas menengah dan atas kita konsumsinya masih cukup bagus. Tapi kelihatan dari dampak ekspor dan impor akan terjadi penurunan karena demand dunia turun," papar Aviliani dalam Closing Bell, CNBC Indonesia dikutip Rabu (10/5//2022).
Selain itu, pemerintah telah berupaya menjaga pasokan di domestik dengan mengelontorkan insentif dan kebijakan.
"Sehingga walaupun ekonomi dunia mengalami staglasi paling tidak kita (Indonesia) bisa tumbuh 4%," kata Aviliani.
Dia yakin optimisme dari permintaan memiliki daya tahan yang baik, walaupun laju inflasi bisa meningkat hingga 7% tahun ini.
"Itu kemungkinan kita akan mengalami penurunan daya beli, tetapi penurunan daya beli relatif di kelas bawah yang memang 17% dari pengeluaran," lanjutnya.
Namun, menurut Aviliani, kelas atas dan kelas menengah tidak akan terpengaruh oleh inflasi.
Aviliani mengemukakan konsumsi 20% kelas atas di Indonesia mencapai 45% dari total konsumsi, sementara kelas menengah sebesar 36%.
"Jadi kalau saya lihat yang penting mereka (kelas atas dan menegah) itu optimis terhadap ekonomi, kalau mereka optimis, mereka akan consume," tegasnya.
(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Anti-Stagflasi, Ekonomi RI Diramal Bisa Tumbuh 4,3% di 2023
