Anti-Stagflasi, Ekonomi RI Diramal Bisa Tumbuh 4,3% di 2023

News - Hadijah Alaydrus, CNBC Indonesia
05 October 2022 10:44
Sejumlah kendaraan melintas di kawasan Bundaran Hotel Indonesia (HI), Jakarta Pusat, hari ini, Senin (4/7/2022). Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta merekayasa lalu lintas di kawasan Bundaran Hotel Indonesia (HI), Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, sejak Senin (4/7/2022) hingga Senin (10/7/2022) yang diterapkan mulai pukul 16.00-21.00 WIB. Hal tersebut dilakukan untuk mengurangi kepadatan arus lalu lintas di Bundaran HI. (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki) Foto: Arus Lalu Lintas di kasawan Bundaran HI, Senin (4/7/2022). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Ditengah ancaman stagflasi global, ekonomi Indonesia diperkirakan masih bisa tumbuh di kisaran 4,3%.

Ekonom Senior INDEF, Aviliani melihat ekonomi Indonesia dari sisi permintaan di dalam konsumsi masih sangat bagus.

Kondisi ini ditopang dengan adanya konsumsi kelas atas dan menengah yang kuat. Selama kondisi ekonomi stabil, dia yakin kedua kelompok tersebut akan terus melakukan konsumsi.

Menurutnya, pemerintah telah berupaya menjaga pasokan di domestik dengan mengelontorkan insentif dan kebijakan.

"Paling tidak pertumbuhan ekonomi 4,3% bisa terjadi tahun depan. Jadi memang mungkin tidak sampai 5%, tetapi dengan 4,3%, saya rasa itu sudah lebih bagus ekonomi kita di tahun depan dibandingkan ekonomi global yang akan tumbuh jauh lebih rendah," kata Aviliani dalam Closing Bell, CNBC Indonesia, dikutip Rabu (5/10/2022).

Dia berharap pemerintah bisa memperbaiki struktur kebijakan karena kondisi akan kembali normal pada tahun depan supaya normalisasi tidak memperburuk ekonomi nasional.

"Oleh karena itu dalam waktu beberapa bulan terakhir, alangkah baiknya regulator dan pemerintah untuk bisa menyiapkan regulasi baru di tahun depan agar kita bisa mencapai 4,3%," tambahnya.

Lebih lanjut, Aviliani mengingatkan agar pemerintah dan bank sentral tetap menjaga pergerakan nilai tukar rupiah karena kondisinya akan berfluktuasi ke depannya seiring dengan kondisi global yang bergejolak.

"Tetapi paling tidak harus memberikan keyakinan di dalam industri itu bahwa supply dolar itu ada," ujarnya.

Di sektor usaha, Aviliani melihat aksi korporasi akan terus berlanjut. Namun, dia menilai perusahaan akan mulai berhemat.


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Ekonomi Dunia 2023 Gelap Seperti Mati Lampu, RI Gimana ?


(haa/haa)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading