
Iran Chaos! Wanita Mati karena Kasus Hijab, Ini Kata Presiden

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Iran Ebrahim Raisi memperingatkan para pengunjuk rasa, yang marah atas kematian seorang wanita dalam tahanan polisi moral negara, untuk tidak melakukan tindakan kekacauan.
Di sela-sela Majelis Umum PBB di New York, Raisi mengatakan telah memerintahkan penyelidikan atas kasus kematian Mahsa Amini, perempuan berusia 22 tahun yang tewas setelah ditangkap karena penggunaan hijab yang salah pada pekan lalu.
"Ada kebebasan berekspresi di Iran ... tetapi tindakan kekacauan tidak dapat diterima," kata Raisi, yang menghadapi protes terbesar di Republik Islam itu sejak 2019, melansir Reuters, Jumat (23/9/2022).
Raisi juga mengatakan cakupan luas kasus Amini adalah hasil dari "standar ganda."
"Setiap hari di berbagai negara, termasuk Amerika Serikat, kami melihat pria dan wanita tewas dalam bentrokan dengan polisi, tetapi tidak ada kepekaan tentang penyebab dan penanganan kekerasan ini," katanya.
Pengawal Revolusi Iran meminta pengadilan untuk mengadili pihak yang menyebarkan berita palsu dan desas-desus sebagai upaya nyata untuk meredakan demonstrasi nasional. Dalam sebuah pernyataan, mereka menyatakan simpati kepada keluarga Amini.
Sementara itu, kelompok hak asasi Kurdi Hengaw mengunggah video di mana terdengar suara tembakan selama protes dan menuduh pasukan keamanan menggunakan senjata berat dan semi-berat terhadap warga sipil di kota barat laut Oshnavieh.
Para pengunjuk rasa di Teheran dan kota-kota lain membakar kantor polisi dan kendaraan karena marah atas kematian Amini, dan kegiatan ini tidak menunjukkan tanda-tanda mereda. Bahkan ada laporan pasukan keamanan diserang.
Sebuah video di akun Twitter 1500tasvir menunjukkan protes di kota Bukan barat laut dengan suara tembakan di latar belakang. Unggahan media sosial itu mengatakan demonstrasi telah menyebar ke sebagian besar dari 31 provinsi Iran.
Kementerian Intelijen Iran juga mencoba mematahkan momentum demonstrasi, dengan mengatakan menghadiri protes adalah ilegal dan siapa pun yang ambil bagian akan menghadapi tuntutan, menurut laporan situs berita Iran.
Amini ditangkap oleh polisi moral di kota Teheran pada 13 September 2022. Ia diduga tidak menutup rambut secara sempurna dengan hijab sehingga bagian rambutnya terlihat.
Saat ditangkap, Amini dilaporkan koma setelah jatuh pingsan di tahanan dan meninggal tiga hari kemudian di rumah sakit.
Namun, polisi moral membantah bahwa anggota mereka memukul kepala Amini dengan tongkat atau membenturkan kepalanya ke mobil polisi.
Akibat kematian Amini, perempuan-perempuan di Iran dan di negara lain membuat gerakan protes dengan membakar cadar dan hijab mereka, sementara beberapa memotong rambut mereka sebagai tantangan langsung kepada para pemimpin ulama.
Kematian Amini telah menyalakan kembali kemarahan atas banyak isu, termasuk pembatasan kebebasan pribadi di Iran, di mana ada otoritas memberlakukan aturan berpakaian yang ketat untuk masyarakat perempuan.
(tfa/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Heboh Wanita Iran Ramai-Ramai Bakar Hijab, Ada Apa?