Internasional

Ini Latar Belakang Chaos di Iran akibat Kematian Mahsa Amini

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
26 September 2022 09:50
Seorang demonstran memegang foto Mahsa Amini selama pawai protes solidaritas dengan perempuan di Iran, menyusul kematian perempuan muda Iran, Mahsa Amini, di pusat Istanbul, Turki 20 September 2022. (REUTERS/MURAD SEZER)
Foto: Seorang demonstran memegang foto Mahsa Amini selama pawai protes solidaritas dengan perempuan di Iran, menyusul kematian perempuan muda Iran, Mahsa Amini, di pusat Istanbul, Turki 20 September 2022. (REUTERS/MURAD SEZER)

Jakarta, CNBC Indonesia - Situasi di Iran terus memanas. Warga memadati jalan-jalan di seantero Negeri Persia itu untuk memprotes kematian seorang wanita bernama Mahsa Amini. Bahkan, ada beberapa kelompok warga yang membakar hijab di depan publik.

Memasuki hari ke-10 demonstrasi, secara resmi setidaknya 41 orang telah tewas sejak kerusuhan dimulai. Sebagian besar merupakan pengunjuk rasa tetapi ada juga anggota pasukan keamanan.

Otoritas Iran sendiri mengaku akan tetap mengambil tindakan tegas terhadap para pendemo. Bahkan, media milik pemerintah menyebut mereka sebagai 'perusuh dan preman'.

"Kami menekankan perlunya tindakan tegas tanpa keringanan hukuman terhadap penghasut inti kerusuhan," kata Kepala Kehakiman Iran, Gholamhossein Mohseni Ejei, dikutip The Guardian pada Minggu (25/9/2022).

Protes meletus setelah kematian Mahsa Amini, wanita berusia 22 tahun yang ditahan oleh oleh polisi moral Iran karena tidak menggunakan hijab secara tepat. Diketahui, Iran telah mengambil kebijakan ketat soal penggunaan hijab setelah memberlakukan Hukum Islam pasca revolusi 1979.

Pejabat Iran mengatakan bahwa wanita asal Kurdistan itu meninggal pada 16 September lalu setelah menderita "serangan jantung" dan jatuh koma setelah penangkapannya.

Namun, keluarganya mengatakan dia tidak memiliki kondisi jantung yang sudah ada sebelumnya. Pihak berwenang sendiri sejauh ini telah mengatakan akan melakukan investigasi terhadap kematiannya.

Hal ini pun sontak memicu protes besar yang juga diisi wanita dalam jumlah besar. Beberapa pengunjuk rasa wanita telah melepas dan membakar jilbab mereka dalam aksi unjuk rasa dan memotong rambut mereka.

Selain itu, para demonstran wanita juga menari di dekat api unggun besar dengan tepuk tangan sambil meneriakan yel-yel "Perempuan, hidup, kebebasan."

Tak hanya terkait Amini, seruan untuk perubahan rezim juga meningkat. CNN melaporkan bahwa para demonstran juga terdengar meneriakan yel-yel ;kematian bagi diktator'. Ini mengacu pada Pemimpin Tertinggi negara itu, Ayatollah Ali Khamenei.

Untuk memadamkan aksi ini, Pemerintah Iran mengambil sejumlah langkah. Salah satunya adalah pemblokiran beberapa platform media sosial seperti WhatsApp, Instagram, dan Skype.

Iran juga mengambil langkah tegas dengan memanggil duta besar Inggris dan Norwegia. Teheran mengklaim protes ini dipicu oleh pemberitaan yang dibuat oleh media berbahasa Farsi di London.

Dengan Norwegia, Iran menyatakan ketidaksetujuannya pada pernyataan juru bicara parlemen negara itu Masud Gharahkhani. Gharahkhani sendiri merupakan figur kelahiran Iran dan menyatakan dukungannya pada para pengunjuk rasa.


(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Iran Memanas karena Wanita, Ramai-Ramai Demo Turunkan Rezim

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular