Harga TBS Beda Nasib, Begini Unek-unek Petani Sawit Swadaya

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga tandan buah segar (TBS) di tingkat petani sawit dilaporkan belum stabil. Meski Presiden Joko Widodo (Jokowi) sudah mencabut larangan sementara ekspor minyak goreng dan bahan bakunya per 23 Mei 2022.
Sekjen Serikat Petani Kelapa Sawit (SPKS) Mansuetus Darto mengatakan, harga TBS di tingkat petani plasma hari ini, Senin (8/8/2022) rata-rata tertinggi Rp1.600-2.150 per kg.
"Terjadi perbedaan harga antara petani plasma dan swadaya dengan selisih 20%. Harga di tingkat petani swadaya itu masih di bawah Rp1.500 per kg. Karena itu, kami berharap harga sawit akan kembali bagus sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan petani sawit dan keluarga," kata Mansuetus kepada CNBC Indonesia, Senin (8/8/2022).
Di sisi lain, dia menambahkan, petani pun tengah menghadapi tantangan dari segi biaya. Yaitu, harga pupuk yang dikeluhkan masih mahal, berkisar Rp700-800 ribu per zak. Untuk semua jenis pupuk, NPK, TSP, KCL dan lainnya.
"Kami berharap pemerintah mau membantu petani dengan penyediaan pupuk yang terjangkau. Selama harga TBS belum stabil seperti saat ini, agar pemerintah mendistribusikan pupuk murah kepada petani di daerah. Yang dilakukan secara transparan dan bertanggung jawab," kata Mansuetus.
"Dengan begitu, petani tetap bisa menikmati hasil dengan produktivitas yang bagus," tambahnya.
SPKS mengimbau petani binaannya terus merawat kebun untuk meningkatkan produksi.
"Kalau petani rajin pupuk tepat waktu dan tepat dosis, tapi harga TBS di bawah Rp1.200, petani nggak menikmati untungnya," kata dia..
Namun, dia menambahkan, petani didorong bisa berinovasi menggunakan tangkos (janjang kosong).
"Bisa diminta ke pabrik itu. Itu paling minimal. (Ini solusi) kalau nggak ada pupuk beredar atau harganya susah di jangkau," kata Mansuetus.
"Harga TBS petani tetap harus dijaga agar bisa memberikan kesejahteraan bagi para petani. Ini yang mesti dijelaskan kepada para petani sawit oleh pemerintah tanpa menjanjikan target harga TBS," tukasnya.
Sementara itu, pemerintah diharapkan bisa memfasilitasi pembangunan kelembagaan petani sawit swadaya sehingga dapat bermitra dengan pabrik dalam penyediaan bahan baku.
"Dengan begitu, perbedaan harga TBS antara petani plasma dan swadaya tidak terlalu jauh. Fluktuasi harga TBS itu sangat rentan terjadi karena berorientasi pasar dan dominan ekspor. Jika terjadi masalah pasar akan berdampak ke harga TBS. Ini risiko komoditas ekspor," katanya.
Selain itu, pemerintah diminta mendorong dan mempercepat kelapa sawit berkelanjutan agar sawit Indonesia tetap memiliki prospek positif di level global.
[Gambas:Video CNBC]
Harga Sawit Masih Murah, Petani Teriak Minta Percepat Ekspor
(dce/dce)