
Makin Ngeri! Kasus Mingguan Covid Tertinggi Dalam 4 Bulan

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, pada awal Juli, memperkirakan puncak kasus akibat varan BA.4,BA.5 akan terjadi dalam 28-36 hari sejak BA.4 dan BA.5 ditemukan.
"Jadi, karena di Indonesia itu ditemukannya sesudah Lebaran, kalau kita mengikuti pola di tiga negara lain, puncaknya kira-kira minggu kedua Juli atau minggu ketiga Juli," tutur Budi Gunadi, awal Juli lalu.
Namun, Rabu pekan lalu (23/7/2022), Budi mengakui puncak Covid mungkin belum terjadi. Menurutnya, Indonesia mirip dengan India di mana kedua negara mengalami kenaikan kasus yang tidak cepat, namun naik secara perlahan.
"Indonesia itu mirip dengan India, di mana kenaikannya tidak cepat, tetapi perlahan naik terus dan kita belum lihat puncaknya tercapai dengan cepat seperti yang terjadi di negara-negara lain," kata Budi, Rabu (20/7/2022)
Dicky Budiman, epidemiolog dan peneliti Indonesia dari Universitas Griffith, Australia, mengatakan sulit bagi Indonesia untuk memprediksi puncak dari gelombang kasus yang sekarang serta kapan melandai. Pasalnya, faktor yang mempengaruhinya menjadi beragam mulai dari imunitas hingga perilaku masyarakat.
Dia menjelaskan biasanya ada tiga puncak saat gelombang baru menyebar yakni puncak tambahan kasus, puncak kasus kesakitan, serta puncak kematian.
"Tingkat imunitas sulit diukur karena ada yang sudah lama mendapatkan vaksin dua kali atau booster sehingga imunitas menurun. Ada yang baru dua kali atau booster," ujar Dicky, kepada CNBC Indonesia.
Perilaku masyarakat yang enggan ke layanan kesehatan saat sakit ataupun hanya sakit ringan juga menjadi persoalan. Bila pada periode sebelumnya, jumlah tes meningkat tajam karena banyak orang yang khawatir terkena Covid maka perilaku tersebut sedikit berubah.
Imunitas membuat orang lebih kebal atau hanya mengalami efek ringan jika terkena Covid sehingga jumlah yang melakukan tes atau memeriksakan ke rumah sakit turun.
"Masyarakat berkembang seperti Indonesia itu kalau sakit ya di rumah saja, tidak ke rumah sakit sehingga menjadi sulit terdeteksi," tuturnya.
Sebagai catatan, dalam sepekan, rata-rata jumlah orang yang menjalani tes Covid-19 mencapai 78.526 per hari pada sepekan terakhir. Jumlah tersebut sebenarnya sudah naik dibandingkan pekan sebelumnya yakni 62.842.
Namun, angka tersebut jauh lebih rendah dibandingkan pada Februari 2022 yang selalu berada di atas 260.000 per hari. Pada periode tersebut, Indonesia tengah menghadapi lonjakan kasus gelombang III akibat varian Omicron.
Dicky juga menggarisbawahi tingginya positivity rate di Indonesia. Pasalnya, tingginya positivity rate terjadi di tengah screening dan testing yang rendah.
"Positivity rate nya naik dari 1% (menjadi 5%) di tengah jumlah tes yang turun. Artinya, kasus yang ada di masyarakat jauh lebih tinggi,"ujarnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(mae/cha)[Gambas:Video CNBC]
