Jakarta, CNBC Indonesia - Masyarakat miskin menjadi kelompok yang paling rentan jika hantu resesi menyambangi Indonesia. Angka kemiskinan yang meningkat serta banyaknya pemutusan hubungan kerja (PHK) menjadi sedikit dari dampak yang akan diderita masyarakat miskin jika resesi terjadi.
Indikator ekonomi memang menunjukkan jika Indonesia masih relatif aman. Di antara indikator tersebut adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diperkirakan masih akan berada di atas 5% serta inflasi yang akan terjaga di kisaran 5%.
Namun, pengalaman membuktikan jika Indonesia tidak kebal dari resesi saat perekonomian global lumpuh seperti pada periode 2020-2021 akibat pandemi Covid-19. Indonesia juga pernah masuk ke jurang resesi akibat Krisis Keuangan Asia 1997/1998.
Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Piter Abdullah mengatakan banyaknya PHK akan menjadi salah satu dampak terbesar jika resesi menghampiri ekonomi Indonesia.
"Dari pengalaman 2020 itu paling terdampak kalangan menengah ke bawah. Ketika perekonomian terkontraksi maka akan banyak perusahaan tertutup sehingga banyak PHK," tutur Piter, kepada CNBC Indonesia.
Dia menambahkan PHK membuat orang kehilangan sumber pendapatan sehingga daya beli melemah dan kemiskinan pun meningkat.
"PHK akan mengurangi daya beli dan kualitas hidup mereka. Kemiskinan pun meningkat," imbuhnya.
Sebagai catatan, Indonesia sempat bergulat dengan resesi pada 2020 dan 2021 setelah perekonomian mengalami kontraksi selama empat kuartal yakni kuartal II-2020 hingga kuartal I-2021.
Pada periode tersebut, angka pengangguran dan kemiskinan langsung melonjak tajam.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah penduduk miskin pada September 2020 mencapai 27,55 juta orang, naik 2,76 juta orang dibandingkan September 2019 atau sebelum pandemi.
 Foto: BPS Angka kemiskinan |
Tingkat kemiskinan juga melonjak 10,19%, level double digit yang pertama sejak September 2017.
Sementara itu, jumlah pengangguran pada Agustus 2020 tercatat 9,77 juta orang atau naik 2,67 juta dalam setahun.
BPS mencatat akibat pandemi sebanyak 1,77 juta penduduk juga tidak bekerja untuk sementara waktu sementara 24,03 juta penduduk bekerja dengan pengurangan jam kerja.
Piter mengingatkan meskipun Indonesia masih relatif aman dari resesi tetapi perekonomian Indonesia bisa kembali jatuh jika penyebaran kasus Covid-19 melonjak tajam dan harus diberlakukan lockdown kembali.
"Kalau pandemi terjaga dan tidak memaksa pemerintah melakukan lockdown maka saya rasa resesi relatif kecil terjadi," tutur Piter.
Konsumsi rumah tangga berkontribusi sekitar 56% kepada pertumbuhan ekonomi nasional. Lockdown akan membatasi mobilitas dan aktivitas ekonomi masyarakat sehingga akan sangat berpengaruh terhadap permintaan dan ekonomi secara keseluruhan.
Lockdown dan resesi ekonomi pada 2020 memaksa banyak bisnis rakyat kecil tutup. Sekitar 30 juta usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) gulung tikar akibat pandemi dan pelemahan ekonomi.
Survei Badan Program Pembangunan PBB (United Nations Development Programme/UNDP) juga menunjukkan, 24% UMKM Indonesia harus berhenti beroperasi akibat pandemi. Sebanyak 35,2% responden harus menutup bisnis karena kekurangan modal sementara 30,2% karena penjualannya turun drastis.
Piter berharap Bank Indonesia dan pemerintah bisa menjaga inflasi serta kondisi ekonomi agar goncangan dari lonjakan inflasi ataupun dampak resesi global bisa diredam. Salah satu langkah yang ditempuh adalah dengan menjaga harga energi.
Pemerintah sudah berkomitmen untuk tidak menaikkan harga BBM. Namun, sejumlah wacana untuk menaikkan harga BBM dan gas LPG 3 kg terus didengungkan karena harga minyak mentah dunia yang terus tinggi bisa membebani anggaran.
Sejumlah ekonom mengingatkan kenaikan harga BBM hanya akan menaikkan inflasi dan daya beli sehingga berdampak besar terhadap kelompok masyarakat kurang mampu.
Ekonom Bank Maybank Indonesia Juniman memperkirakan setiap kenaikan 10% harga BBM maka ada tambahan inflasi sebesar 0,7%. Kalau terjadi kenaikan harga BBM yang tinggi maka Bank Indonesia diperkirakan juga akan menaikkan suku bunga acuan untuk menahan lonjakkan inflasi.
"Domino efek berikutnya dari kenaikan harga BBM adalah membuat daya beli turun dan pada gilirannya pertumbuhan ekonomi akan melambat," tuturnya kepada CNBC Indonesia.
Berbanding terbalik dengan kalangan miskin, Piter mengatakan resesi tidak akan berdampak besar terhadap orang kaya. Kondisi tersebut setidaknya tercermin selama resesi 2020-2021 yang dipicu pandemi Covid-19.
"Selama masa pandemi, tidak ada orang kaya yang menderita. Kekayaan mereka malah banyak bertambah," ujarnya.
Tidak terdampaknya kalangan kaya dari resesi setidaknya tercermin dari simpanan dan harta mereka selama 2020 dan 2021 saat Indonesia masih mengalami resesi.
Mengutip laporan Credit Suisse "Global Wealth Report 2021" yang dirilis akhir Juni 2021 menunjukkan jumlah orang Indonesia dengan kekayaan di atas US$ 1 juta atau sekitar Rp 14,92 miliar (kurs 1US$=Rp 14.920) adalah 172.000 orang, Bertambah 62,3% dibandingkan tahun sebelumnya (year-on-year/yoy).
Menurut laporan tersebut, jumlah orang kaya di Tanah Air bertambah karena kenaikan harga aset. Salah satunya didorong oleh suku bunga rendah yang mendorong harga aset di pasar keuangan.
Tidak hanya di sektor keuangan, harga aset fisik seperti properti pun masih membukukan kenaikan meski lajunya melambat. Pada 2020, indeks harga hunian residensial naik 1,55% yoy.
Bagi para jutawan ini, investasi merupakan tambahan penghasilan yang bisa lebih tinggi dari gaji.
Data Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) juga mencatat jumlah simpanan rekening jumbo di atas Rp 5 miliar justru melesat pada saat resesi.
Simpanan masyarakat pada perbankan pada Maret 2021 tercatat Rp 6.889 triliun. Dari simpanan tersebut, sebanyak 50% dikuasai oleh rekening jumbo di atas nominal Rp 5 miliar.
Jumlah tersebut meningkat dibandingkan pada Februari 2020. Pada periode tersebut, simpanan di perbankan mencapai Rp 6.130 triliun di mana rekening di atas Rp 5 miliar menguasai 47,3%.
Februari 2020 adalah periode sebelum pandemi Covid-19 sementara Maret 2021 menjadi bulan terakhir pada kuartal I-2021 di mana pertumbuhan Indonesia masih terkontraksi.
TIM RISET CNBC INDONESIA