Resesi Mengancam, BI Bakal Mati-matian Lindungi Rupiah

MAIKEL JEFRIANDO, CNBC Indonesia
19 July 2022 07:55
Gedung BI
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Luthfi Rahman

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) siap menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dari ancaman resesi global. Sederet bauran kebijakan siap ditempuh baik langsung maupun tidak langsung.

Rupiah meski pada Rabu (6/7/2022) lalu sempat menembus ke atas Rp 15.000/US$, tetapi setelahnya sukses terus bertahan di bawah level psikologis tersebut. Padahal di pasar non-deliverable forward (NDF) rupiah beberapa kali di atas level tersebut, bahkan di semua tenor.

Edi Susanto, Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI kepada CNBC Indonesia menjelaskan bahwa arah kebijakan moneter kini sudah menuju normalisasi. Walaupun tidak dalam bentuk kenaikan suku bunga acuan, melainkan Giro Wajib Minimum (GWM).

"Sebagai bagian dari normalisasi kebijakan moneter, Bank Indonesia secara konsisten terus melakukan langkah-langkah normalisasi likuiditas. Setelah menaikkan rasio Giro Wajib Mininum (GWM) yang implementasinya dilakukan secara gradual," ujarnya.

Secara rinci, kewajiban GWM rupiah untuk bank umum konvensional, yang saat ini sebesar 5% naik menjadi 6% mulai 1 Juni 2022, dan naik bertahap menjadi 7,5% mulai 1 Juli 2022, dan 9% mulai 1 September 2022.

Kemudian kewajiban GWM rupiah untuk bank umum syariah dan unit usaha syariah, yang saat ini sebesar 4% menjadi 4,5% mulai 1 Juni 2022, 6% mulai 1 Juli 2022, dan 7,5% mulai 1 September 2022. Adanya kebijakan GWM ini, akan membuat likuiditas perbankan susut hingga Rp 110 triliun.

Sementara itu suku bunga acuan masih dipertahankan di level 3,5%. Hal ini bertujuan untuk menopang pemulihan ekonomi tanah air dari pandemi covid-19.

Gejolak nilai tukar memang tidak terhindarkan. Terutama diakibatkan sentimen negatif dari Amerika Serikat (AS). Inflasi AS yang masih tinggi di level 9,1% membuat bank sentral AS the Fed akan semakin agresif menaikkan suku bunga acuan.

Imbasnya adalah dolar AS alami penguatan di hampir terhadap seluruh mata uang. Investor mencari posisi aman, dengan kabur dari negara berkembang seperti Indonesia.

Meski demikian, BI akan meredam gejolak yang timbul. BI berada di pasar memastikan ketersediaan valuta asing dan siap mengambil langkah intervensi apabila dibutuhkan. Baik di pasar spot, dndf maupun SBN.

"BI juga memperkuat pelaksanaan Operasi Moneter Rupiah melalui penjualan SBN di pasar sekunder. Penjualan SBN tersebut bertujuan untuk menyerap kelebihan likuiditas di pasar keuangan sehingga dapat memperbaiki kondisi supply-demand baik di pasar uang maupun di pasar SBN," kata Edi.


(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article RI, Jepang, China Hingga Korsel Siap 'Buang' Dolar AS di 2024

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular