
Beda Nasib si Kaya & si Miskin Kalau RI Sampai Kena Resesi

Berbanding terbalik dengan kalangan miskin, Piter mengatakan resesi tidak akan berdampak besar terhadap orang kaya. Kondisi tersebut setidaknya tercermin selama resesi 2020-2021 yang dipicu pandemi Covid-19.
"Selama masa pandemi, tidak ada orang kaya yang menderita. Kekayaan mereka malah banyak bertambah," ujarnya.
Tidak terdampaknya kalangan kaya dari resesi setidaknya tercermin dari simpanan dan harta mereka selama 2020 dan 2021 saat Indonesia masih mengalami resesi.
Mengutip laporan Credit Suisse "Global Wealth Report 2021" yang dirilis akhir Juni 2021 menunjukkan jumlah orang Indonesia dengan kekayaan di atas US$ 1 juta atau sekitar Rp 14,92 miliar (kurs 1US$=Rp 14.920) adalah 172.000 orang, Bertambah 62,3% dibandingkan tahun sebelumnya (year-on-year/yoy).
Menurut laporan tersebut, jumlah orang kaya di Tanah Air bertambah karena kenaikan harga aset. Salah satunya didorong oleh suku bunga rendah yang mendorong harga aset di pasar keuangan.
Tidak hanya di sektor keuangan, harga aset fisik seperti properti pun masih membukukan kenaikan meski lajunya melambat. Pada 2020, indeks harga hunian residensial naik 1,55% yoy.
Bagi para jutawan ini, investasi merupakan tambahan penghasilan yang bisa lebih tinggi dari gaji.
Data Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) juga mencatat jumlah simpanan rekening jumbo di atas Rp 5 miliar justru melesat pada saat resesi.
Simpanan masyarakat pada perbankan pada Maret 2021 tercatat Rp 6.889 triliun. Dari simpanan tersebut, sebanyak 50% dikuasai oleh rekening jumbo di atas nominal Rp 5 miliar.
Jumlah tersebut meningkat dibandingkan pada Februari 2020. Pada periode tersebut, simpanan di perbankan mencapai Rp 6.130 triliun di mana rekening di atas Rp 5 miliar menguasai 47,3%.
Februari 2020 adalah periode sebelum pandemi Covid-19 sementara Maret 2021 menjadi bulan terakhir pada kuartal I-2021 di mana pertumbuhan Indonesia masih terkontraksi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(mae/mae)
[Gambas:Video CNBC]