Ekonomi Cuma Tumbuh 0,4%, Jadi Sinyal Resesi China?
Jakarta, CNBC Indonesia - Pertumbuhan ekonomi China pada kuartal kedua 2022 hanya sebesar 0,4% secara tahunan (year-on-year). Pencapaian tersebut jauh di bawah pertumbuhan pada kuartal I/2022 yang mencapai 4,8%. Catatan itu juga jauh di bawah konsensus pasar sebesar 1%.
Adapun, angka itu juga menjadi yang terendah sejak kontraksi sebesar 6,8% pada kuartal I-2020 akibat meledaknya kasus virus Corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) yang memaksa pemerintah memberlakukan lockdown.
Pertumbuhan yang melambat ini terjadi setelah kota terbesar China, Shanghai, ditutup selama dua bulan karena memerangi kebangkitan Covid. Akibatnya rantai pasokan terganggu dan memaksa pabrik untuk menghentikan operasi.
Hal yang sama juga terjadi di ibu kota China, Beijing. Kebijakan nol-Covid dengan penguncian cepat dan karantina yang panjang untuk menekan penularan malah menghancurkan bisnis dan membuat konsumen gelisah.
"Di dalam negeri, dampak epidemi masih ada," kata NBS dalam sebuah pernyataan, mencatat permintaan yang menyusut dan pasokan yang terganggu, dilansir AFP.
"Risiko stagflasi dalam ekonomi dunia meningkat juga," lanjut pernyataan itu.
Dengan pertumbuhan ekonomi semester pertama sebesar 2,5%, Beijing diperkirakan akan kehilangan target pertumbuhan tahunan sekitar 5,5% untuk 2022, yang merupakan level terendah dalam tiga dekade.
"Data ini menyoroti keadaan domestik dan eksternal yang tidak menguntungkan yang, seiring dengan strategi nol-Covid pemerintah, menekan aktivitas ekonomi dan menekankan kebutuhan mendesak untuk langkah-langkah kebijakan jangka pendek untuk menghidupkan kembali pertumbuhan," kata Eswar Prasad, profesor ekonomi di Universitas Cornell dan mantan kepala divisi China IMF.
Fu Linghui, juru bicara Biro Statistik China (NBS), mengakui untuk mencapai target pertumbuhan 5,5% China tahun ini sekarang akan "menantang".
"Secara umum, dengan serangkaian kebijakan untuk menstabilkan ekonomi secara kokoh mencapai hasil yang menonjol, ekonomi nasional telah mengatasi dampak buruk dari faktor-faktor tak terduga, menunjukkan momentum pemulihan yang stabil," kata Fu kepada wartawan, Jumat.
(ras/vap)