Internasional
Ada Kabar Suram Lagi dari Ekonomi China, Berani Baca?

Jakarta, CNBC Indonesia - Bisnis di China mulai mengalami perlambatan di kuartal kedua 2022. Hal itu terlihat dari manufaktur hingga jasa.
Fakta itu diungkap China Beige Book, riset berbasis di Amerika Serikat (AS). Studi dilakukan dengan mewawancarai 4.300 orang di China pada akhir April dan hingga 15 Juni.
Perlambatan tak lain karena dampak berkepanjangan dari pengendalian Covid-19. China diketahui menerapkan strategi "nol Covid" yang tak segan mengunci (lockdown) ketat wilayah terinfeksi.
Shanghai, kota terbesar di China berdasarkan produk domestik bruto, dikunci pada bulan April dan Mei. Sementara, ibu kota Beijing dan wilayah lain memberlakukan beberapa tingkat kontrol Covid untuk menahan wabah.
"Sementara sebagian besar penguncian tinggi dilonggarkan pada Mei, data Juni tidak menunjukkan pembangkit tenaga listrik bangkit kembali ke titik paling diharapkan," tegas laporan itu dikutip dari CNBC International Rabu (29/6/2022).
"Antara kuartal pertama dan kedua, perekrutan menurun di semua sektor manufaktur kecuali untuk pemrosesan makanan dan minuman," tambah laporan lagi.
Hal sama juga dijelaskan Direktur Pelaksana China Beige Book Shehzad H. Qazi di media yang sama. Tanda stimulus dimulai juga tidak terlihat kecuali sektor infrastruktur.
"Situasi ketenagakerjaan kemungkinan tidak akan mulai membaik sampai China lebih merangsang ekonominya di musim gugur," katanya lagi.
"Transportasi, perusahaan konstruksi tidak memberi tahu bahwa mereka mendapatkan produk baru ... Mereka memberi tahu Anda bahwa mereka telah memperlambat investasi, proyek baru mereka sebenarnya telah melambat," jelasnya.
Ditambahkannya, banyak barang menumpuk karena tidak terjual, kecuali mobil. Pesanan untuk konsumsi domestik dan ekspor luar negeri sebagian besar turun pada kuartal kedua dari kuartal pertama.
Pesanan untuk tekstil dan pemrosesan bahan kimia termasuk yang paling terpukul. Satu-satunya yang menonjol di dalam negeri adalah IT dan elektronik konsumen, yang melihat pesanan meningkat selama waktu itu.
"Pesanan domestik yang lemah dan persediaan yang meluas menunjukkan perkiraan paruh kedua (2022) akan tidak menyenangkan," kata laporan itu lagi.
Sementara itu, di sektor jasa, riset itu juga mencatat pembalikan terbesar. Setelah mengalami percepatan pertumbuhan pada kuartal pertama, bisnis jasa mengalami penurunan pendapatan, volume penjualan, belanja modal, dan laba pada kuartal kedua.
"Di seluruh China, hanya sektor properti dan pusat manufaktur Guangdong yang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun," tambah China Beige Book lagi.
Angka resmi produk PDB kuartal kedua China akan dirilis 15 Juli. Di kuartal pertama, PDB tumbuh sebesar 4,8% (yoy).
Sebelumnya, Perdana Menteri (PM) China Li Keqiang mulai buka suara soal keadaan ekonomi negara itu, Selasa. Li menyebut bahwa perekonomian negara itu mulai pulih sampai batas tertentu, tetapi pondasinya tidak kokoh.
Mengutip Reuters, Li mengatakan China akan berusaha untuk mendorong ekonomi kembali ke jalur normal. Selain itu, ia menyebut Beijing akan menurunkan tingkat pengangguran sesegera mungkin.
Tak hanya itu, Li juga berjanji untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang wajar pada kuartal kedua tahun ini.
"Saat ini, implementasi paket kebijakan stabilisasi ekonomi sedang berlangsung dan mulai berlaku. Ekonomi telah pulih secara keseluruhan, tetapi pondasinya belum kokoh," kata Li.
"Tugas menstabilkan lapangan kerja tetap sulit."
[Gambas:Video CNBC]
China Siapkan Jurus Khusus untuk Stabilkan Ekonomi, Apa Saja?
(sef/sef)