Internasional
Ekonomi China Diyakini Tak Secepat Mesin Turbo, Ini Sebabnya

Jakarta, CNBC Indonesia - Pandemi Covid-19 masih terus menghantam China. Bahkan, jumlah kasus yang masih berada di angka ribuan membuat aktivitas di beberapa kota besar negara itu seperti Shanghai dan Beijing pun terganggu.
Penularan kasus yang begitu hebat ini disebut-sebut didalangi oleh varian baru Covid-19, Omicron. Hal ini membuat kekuatan ekonomi negara itu terganggu meski sebelumnya China sempat tumbuh dengan cepat pasca Covid-19 pertama kali muncul di Wuhan.
Beberapa analis menyebutkan bahwa dengan adanya gelombang Covid-19 di Negeri Tirai Bambu kali ini, nampaknya geliat ekonomi di negara itu tidak akan tumbuh secepat sebelumnya.
Ini juga dipengaruhi oleh kebijakan nol-Covid yang diambil administrasi Presiden Xi Jinping yang dapat membuat satu wilayah dikunci total bila menemukan hanya satu kasus Covid.
"Dampak paling signifikan dari kebangkitan Covid adalah bahwa hal itu mengganggu jadwal pembuatan kebijakan normal," kata kepala ekonom di Hang Seng Bank China yang berbasis di Shanghai, Dan Wang kepada CNBC International, Selasa (24/5/2022)
Wang mengatakan gelombang kasus dan penguncian terbaru benar-benar baru dimulai setelah pemerintah pusat merilis rencana ekonomi tahunannya pada pertemuan parlemen "Dua Sesi" pada bulan Maret. Pertemuan itu sendiri membahas target seperti pertumbuhan PDB sekitar 5,5%.
Namun target ini sendiri berada 1 poin persentase di atas analisa lembaga perbankan dunia. Wang menyebut kondisi ini juga diperparah oleh potensi kelesuan konsumsi.
"Gangguan rantai pasokan dan konsumsi yang lesu dapat dikelola, tetapi begitu jadwal kebijakan terganggu, sulit untuk mengembalikannya ke jalur aslinya dengan cepat," kata Wang.
Meski begitu, Kepala ekonom China di Macquarie, Larry Hu, meragukan prediksi bahwa ekonomi China akan tumbuh lambat. Hu menyebut negara itu sendiri tidak lumpuh sepenuhnya, bahkan sebagian besar wilayah masih beroperasi meski dengan beberapa protokol tertentu.
"Intinya adalah, pengalaman dari dua tahun terakhir menunjukkan bahwa resesi yang disebabkan oleh Covid cenderung berakhir dengan cepat, terutama dengan respons kebijakan yang cepat dan kuat," ujarnya.
[Gambas:Video CNBC]
PDB Q1 China Lampaui Ekspektasi, 4,8%
(sef/sef)