Warga +62 Mulai Kurangi Belanja, Takut Resesi?

Maesaroh, CNBC Indonesia
11 July 2022 13:39
Pengunjung Wajib Menggunakan PeduliLindungi Saat Masuk Supermarket (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Pengunjung Wajib Menggunakan PeduliLindungi Saat Masuk Supermarket (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Penjualan ritel yang dicerminkan oleh Indeks Penjualan Riil (IPR) melonjak pada April dan Mei tahun ini tetapi diperkirakan melandai pada Juni. Penurunan penjualan utamanya disebabkan oleh selesainya perayaan Lebaran.

Seperti diketahui, bulan Ramadhan tahun ini berlangsung pada 2 April-1 Mei 2022 sementara Hari Raya Idul Fitri jatuh pada 2 Mei.

Berdasarkan data Bank Indonesia (BI) IPR pada April 2022 tercatat 239,2 atau tertinggi dalam tiga tahun lebih. Sementara itu, IPR pada Mei tercatat 234,1 atau turun 2,1% dibandingkan bulan sebelumnya. BI memperkirakan IPR ada di angka 229,1 pada Juni.

Kendati turun jauh dibandingkan April dan Mei 2022, IPR pada Juni 2022 tetap masih jauh lebih tinggi dibandingkan periode pandemi Covid-19. IPR pada Juni tahun ini juga akan memperpanjang catatan positif.

Sejak November 2021, IPR selalu berada di atas 200 setelah anjlok selama periode April 2020-Oktober 2021. Sepanjang periode tersebut, IPR hanya sekali menembus 200 yakni pada Mei 2021.

"Secara bulanan, penjualan eceran turun sejalan dengan normalisasi pasca Ramadan," tutur Bank Indonesia.

Bila dihitung tahunan, pertumbuhan IPR pada Juni akan melonjak sebesar 15,4% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Pertumbuhan tersebut merupakan yang tertinggi sejak April 2021.

Namun, pertumbuhan yang mencapai 15,4% pada Juni juga tidak bisa dilepaskan dari rendahnya IPR pada Juni tahun lalu. Sebagai catatan, pada Juni 2021, Indonesia mulai dilanda gelombang kasus Covid-19 varian Delta.

Sepanjang Mei 2022, hanya satu kelompok barang yang penjualan ritelnya mengalami kenaikan dibandingkan April 2022 yaitu barang budaya dan rekreasi. Selebihnya anjlok termasuk makanan, minuman, dan tembakau serta bahan bakar kendaraan bermotor.

Namun, jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu, beberapa kelompok pengeluaran mengalami kenaikan penjualan. Di antaranya adalah kelompok makanan, minuman, dan tembakau, kelompok bahan bakar kendaraan bermotor, serta kelompok barang budaya dan rekreasi.

Kelompok yang penjualannya turun adalah suku cadang dan aksesori, kelompok perlengkapan rumah tangga lainnya, serta peralatan informasi dan komunikasi.

Kelompok bahan bakar kendaraan bermotor mengalami lonjakan penjualan hingga 39,3% pada Juni. Kenaikan tersebut sejalan dengan banyaknya pemudik yang hendak kembali ke Jakarta serta mereka yang bepergian ke tempat wisata.

Pada Juni 2022, ada dua kelompok pengeluaran yang akan diperkirakan mengalami lonjakan penjualan yakni makanan, minuman, dan tembakau, serta bahan bakar kendaraan bermotor. Namun, jika dibandingkan pada Mei 2022, hanya kelompok suku cadang dan aksesori serta bahan bakar kendaraan bermotor yang mengalami kenaikan penjualan.

Untuk kelompok sandang, penjualannya anjlok sebesar 19,5% (month to month/mtm) dan 13,7% (year on year/yoy) pada Mei tahun ini. Penjualan kelompok sandang masih terkontraksi 1,1% pada Juni (mtm) tetapi sudah tumbuh 2,4% (yoy) pada Juni.

Anjloknya penjualan kelompok sandang tidak bisa lepas dari momen Lebaran. Menurut data BI, penjualan kelompok tersebut sudah melesat pada April 2022 yakni 37% (mtm) dan 26,9% (yoy).

Bank Indonesia memperkirakan penjualan eceran pada Agustus dan November (3 dan 6 bulan yang akan datang) akan meningkat. Indeks ekspektasi penjualan (IEP) Agustus dan November 2022 masing-masing tercatat 147,2 dan 152,3 atau naik dibandingkan 145,1 dan 149,3 pada bulan sebelumnya.

Dari sisi harga, survei BI memperkirakan tekanan inflasi pada Agustus dan November 2022 (3 dan 6 bulan mendatang) akan melandai. Indeks Ekspektasi Harga Umum (IEH) Agustus dan November masing-masing tercatat 127,5 dan 132,1, turun dibandingkan 141,7 dan 137 pada bulan sebelumnya.

"Penurunan (harga) sejalan dengan perkiraan responden terhadap distribusi barang yang semakin lancer," tulis Bank Indonesia.


Laporan Mandiri Spending Index (MSI) juga mencatat adanya pelemahan belanja pada Juni. MSI pada Mei 2022 mencapai 159,9 atau tertinggi selama pandemi Covid-19. Namun, MSI melemah pada awal Juni menjadi 130,7. Bank Mandiri mengatakan penurunan konsumsi sudah terekam setelah Lebaran.

"Tingkat belanja semua kelompok penghasilan mengalami normalisasi, dan saat ini kembali berada di level pra-Ramadan," tutur Bank Mandiri dalam laporan Consumer Spending Update: Solid Spending Growth amid Rising Prices.

Kenaikan harga dan inflasi juga sudah mempengaruhi laju konsumsi. Pada sejumlah kelompok pengeluaran, kenaikan harga-harga diikuti oleh perlambatan pertumbuhan konsumsi seperti pada komoditas makanan, minuman, dan tembakau. Sebagai catatan, inflasi melonjak 0,95% (month to month/mtm) pada April sebelum melambat pada Mei menjadi 0,40% (mtm).

"Pertumbuhan belanja terkait dengan makanan, jasa penyediaan makanan/minuman (restoran) dan juga perlengkapan rumah tangga mengalami perlambatan seiring dengan akselerasi kenaikan harga," tulis Bank Mandiri.

Mandiri Spending IndexSumber: Bank Mandiri

Laporan Danareksa Research Institute juga menunjukkan consumer buying intension atau keinginan membeli barang dari konsumen melemah hingga 2% ke posisi 37,24.  Penurunan terjadi pada kelompok berpendapatan menengah dan rendah sementara untuk kelompok berpenghasilan tinggi meningkat.

"Orang mulai mengambil sikap hati-hati dalam berbelanja. Ini mungkin merefelksikan ketidakpastian pemulihan ekonomi," tutur ekonom Danareksa M Ikbal Iskandar dalam laporannya Consumer Confidence June 2022: Continuous Modest Improvement.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular