Jakarta, CNBC Indonesia - Industri otomotif kembali bergairah pada 2021 setelah remuk dihantam pandemi virus Corona (Coronaviurs Disease 2019/Covid-19) pada 2020. Penjualan mobil maupun motor pun bertumbuh dua digit. Lalu bagaimana prospeknya pada 2022?
Kebangkitan sektor otomotif Indonesia ditopang oleh meningkatnya kepercayaan konsumen, permintaan yang tertahan, pembukaan kembali mobilitas, dan stimulus-stimulus dari pemerintah dan bank sentral.
Penjualan kendaraan bermotor melonjak 42% secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi 5,9 juta unit pada 2021, berdasarkan analisis lembaga riset EMIS. Pertumbuhan itu disokong oleh meningkatnya penjualan seluruh segmen kendaraan bermotor.
Penjualan mobil penumpang meningkat sebesar 70% yoy menjadi 658.000 unit dan penjualan kendaraan komersial naik 60% yoy menjadi 227.000 unit. Sementara penjualan sepeda motor dan skuter secara keseluruhan meningkat 38% yoy menjadi 5,05 juta unit.
Penjualan meningkat tak hanya di dalam negeri, permintaan ekspor juga bertumbuh pada 2021. Nilai ekspor mobil sebesar US$ 8,8 miliar, melesat 27% yoy. Volumenya pun turut melonjak 18% yoy menjadi 1,1 juta unit. Pasar utama ekspor Indonesia adalah negara-negara ASEAN dari lebih 80 negara tujuan penjualan kendaraan.
Kemudian ekspor sepeda motor Indonesia berhasil terjual 803.931 unit ke luar negeri. Angka itu tumbuh 15% yoy. ASEAN juga jadi tempat favorit penjualan motor roda dua, di mana Filipina, Thailand, Kamboja, dan Malaysia adalah tujuan utama.
Melihat konsumsi kendaraan yang tinggi, produsen pun mengoptimalkan produksinya. Produksi kendaraan bermotor secara keseluruhan naik 38% yoy menjadi 7 juta unit pada 2021. Produksi sepeda motor meningkat 34% yoy menjadi 5,86 juta unit. Sementara produksi mobil penumpang naik 61% yoy menjadi 890.000 unit.
Indonesia sendiri adalah pemain penting industri otomotif di kawasan regional ASEAN. Menurut Federasi Otomotif ASEAN (AAF), Indonesia adalah produsen kendaraan bermotor terbesar kedua di ASEAN. Sang Garuda hanya kalah oleh Thailand.
Lebih rinci, Indonesia adalah produsen mobil penumpang terbesar di ASEAN dengan kontribusi 43% dari seluruh produksi di regional, berdasarkan data EMIS. Sementara produksi kendaraan komersial, Indonesia berada di peringkat dua dengan kontribusi 16,1% dari total produksi.
Karena memiliki jumlah penduduk terbanyak di ASEAN, Indonesia menjadi pasar yang seksi untuk penjualan kendaraan bermotor. Terutama untuk penjualan sepeda motor sebesar 5,1 juta unit, angkanya menang telak dibanding Thailand yang menempati posisi kedua dengan penjualan 1,6 juta. Sama juga dengan pasar mobil penumpang yang bertengger di peringkat satu.
Merek-merek Jepang masih mendominasi pasar kendaraan bermotor di Indonesia di segala segmen. Baik mobil, sepeda motor, dan kendaraan komersil. Bahkan total keseluruhan mencapai 95% dari total penjualan.
Toyota adalah pemimpin pasar mobil di Indonesia dengan menjual 290.499 kendaraan pada 2021, naik 59% yoy. Dengan total penjualannya, Toyota berhasi menguasai 41% pangsa pasar kendaraan bermotor Indonesia.
Di belakang Toyota ada anak perusahaannya, Daihatsu dengan menjual 151.107 unit kendaraan bermotor. Pangsa pasarnya mencapai 17,5% yoy.
Sementara Mitsubishi Motors berada di urutan ketiga dengan 104.407 unit dan pangsa pasarnya 12,1%. Produsen Pajero dan Xpander ini berhasil meningkatkan pangsanya dari 9,5% pada 2020.
Di urutan keempat adalah Honda. membuat Honda berhasil meraup pangsa pasar sebesar 10,6% di Indonesia.
Honda memang berada di urutan keempat untuk pasar mobil tapi dalam sepeda motor Honda adalah raja. Honda berhasil menguasai 77,7% pasar sepeda motor Indonesia dengan menjual 3,9 juta unit pada 2021.
Terbesar kedua adalah Yamaha yang menguasai 21% penjualan dengan 1,06 juta unit terjual. Kemudian disusul Suzuki, Kawasaki, dan TVS. Pangsa pasar dari ketiga nama terakhir telah menyusut secara signifikan belakangan ini.
 Sumber: EMIS |
Salah satu faktor kebangkitan industri kendaraan bermotor adalah gencarnya pemerintah dalam memberikan stimulus. Namun, kemudian hal tersebut berkurang pada 2022. Pertumbuhan kendaraan bermotor pun diperkirakan akan melambat tahun ini.
Pada 2021, pajak atau Pajak Penjualan atas Barang Mewah Ditanggung Pemerintah (PPnBM DTP) 100%. Bank Indonesia pun memberikan keringanan uang muka 0% untuk kredit kendaraan bermotor.
Berbagai macam dukungan dari pemerintah dan bank sentral ditujukan untuk mengangkat gairah industri otomotif yang lesu pada 2020.
Menginjak 2022, stimulus untuk mobil difokuskan pada jenis Low Cost Green Car (LCGC) dengan insentif yang akan diturunkan secara bertahap hingga akhir tahun 2022.
Faktor penghambat utama pasar pada tahun 2022 adalah kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dari 10% menjadi 11% mulai April 2022. Ada juga ancaman dari tingginya inflasi yang bisa menekan daya beli masyarakat. Sehingga penjualan kendaraan bermotor bisa turun karena masyarakat akan lebih mengerem pengeluaran tersier.
Belum lagi risiko dari melonjaknya Covid-19 tampaknya masih membayangi industri otomotif. Meskipun saat ini lebih terkendali dari gelombang sebelumnya.
Adapun penopang dari industri otomotif saat ini adalah pemerintah mampu mengendalikan persebaran Covid-19. Selain itu kenaikan harga komoditas membuat daya beli di daerah tambang atau kebun sawit meningkat juga mampu mendorong pembelian.
Penjualan mobil baru (PC dan CV) diperkirakan akan mencapai 900.000 hingga 1.000.000 unit pada 2022, menurut GAIKINDO. Lebih tinggi dibandingkan dengan 885.000 pada 2021 dan 531.000 unit pada 2020.
Menurut AISI, pasar sepeda motor dan skuter akan mencapai 5,1 juta hingga 5,4 juta unit pada 2022, lebih tinggi 400.000 unit dibandingkan dengan 2021. Namun, ini akan lebih rendah dibandingkan dengan 2021, ketika pasar diperluas sebesar 1,4 juta unit.
Indonesia telah menetapkan target ambisius untuk adopsi kendaraan listrik (EV) yakni 25% dari semua kendaraan yang diproduksi harus bertenaga listrik pada 2030.
Untuk mendukung pengembangan EV, Indonesia akan memanfaatkan cadangan bijih nikel yang melimpah. Nikel sendiri merupakan bahan baku utama untuk baterai kendaraan listrik.
Pemerintah Indonesia pun cukup ambisius untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat EV di kawasan Asia. Target produksi EV dimulai 2022 dan mencapai 400.000 unit mobil penumpang atau setara 20% dari total produksi mobil penumpang pada 2025. Kemudian menjadikan 130.000 unit kendaraan pemerintah menjadi EV pada 2030.
Target lain, ekspor sebesar 200.000 mobil pada 2025. Jumlah ini sekitar 20% dari total proyeksi ekspor mobil tahun itu.
Untuk menyokong target-target tersebut pada 2019 Presiden Indonesia Joko Widodo menandatangani keputusan serangkaian insentif untuk menggenjot iklim EV. Seperti penurunan tarif impor untuk mesin dan bahan dan pajak barang mewah yang lebih rendah untuk pembeli.
Presiden yang akrab dipanggil Jokowi tersebut juga menandatangani peraturan tentang program EV, yang mencakup penggunaan bahan domestik sebesar 40% untuk EV roda dua atau roda tiga yang diproduksi antara 2019 dan 2023. Setelah tahun itu akan meningkat menjadi minimal 60% untuk produksi tahun 2024-2025 dan minimal 80% yang diproduksi tahun 2026 dan tahun-tahun berikutnya.
Kemudian EV roda empat atau lebih yang diproduksi antara 2019 dan 2021 diharuskan mengandung komponen lokal minimum 35%. Kemudian minimal 40% jika diproduksi selama 2022-2023 dan minimal 60% jika kendaraan diproduksi antara tahun 2024 hingga 2029. Lalu minimal 80% untuk yang diproduksi pada 2030 dan tahun berikutnya.
EMIS melaporkan raksasa investasi teknologi Jepang Softbank berencana untuk menjanjikan setidaknya US$ 2 miliar untuk mendukung solusi mobilitas berbasis online dan pengembangan EV melalui Grab Indonesia. Selain itu, Blue Bird Group, operator taksi terbesar di Indonesia, mengimpor mobil Tesla dan BYD dari China untuk membangun armada EV pertamanya.
Pada Februari 2021, Indonesia menerima investasi proposal dari pembuat EV AS Tesla untuk membantu negara mengembangkan EV dan industri baterai yang ambisius rencana. Fokus proposal mencakup pabrik baterai dan solusi penyimpanan energi di Indonesia.
TIM RISET CNBC INDONESIA