Beda 5 Ekonom RI Soal Inflasi RI, Gawat atau Biasa Saja Sih?

3. Josua Pardede, Ekonom PT Bank Permata
Josua tidak melihat adanya kemungkinan lonjakan inflasi selama harga energi, khususnya bahan bakar minyak (BBM) tidak ada kenaikan. Hal itu sudah diwujudkan oleh pemerintah.
"Kalau ke depan apakah melonjak seperti negara maju, tidak," ungkap Josua.
Inflasi saat ini kata Josua didorong oleh pasokan, bukan permintaan. Inflasi inti juga masih terkendali karena di bawah 3%.
"Indonesia dengan pemerintah memastikan sampai akhir tahun tidak ada kenaikan harga energi. Kalau dinaikan itu inflasi akan melonjak," imbuhnya.
Meski terkendali, Josua menekankan agar pemerintah juga harus memikirkan daya beli masyarakat di kelas bawah. Bisa memberikan tambahan bantalan sosial agar tekanan tidak terasa terlalu berat.
"Ini perlu cermati dampaknya kepada masy menengah ke bawah kalau terjadi kenaikan harga berlanjut, apalagi bahan baku impor gandum turunannya, beberapa produk tanaman. pupuk juga naik. ini pasti akan mempengaruhi daya beli," jelas Josua.
4. Yusuf Rendy Manilet, Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Indonesia
Potensi lonjakan inflasi, kaya Yusuf masih terbuka lebar mengingat faktor penyebabnya belum teratasi hingga sekarang. Salah satunya adalah perang Rusia dan Ukraina.
"Potensi inflasi berada di level yang lebih tinggi jika dibandingkan tahun lalu masih terbuka lebar," ujarnya.
Perang Rusia dan Ukraina berlangsung sejak Februari 2022. Sederet harga energi dan komoditas beserta pangan melesat tinggi di berbagai negara. Sehingga harus menghadapi lonjakan inflasi.
"Yang perlu diwaspadai Saya kira lebih banyak kepada harga komoditas yang bisa mendorong kenaikan harga pangan nah harga pangan ini yang perlu dipantau Apakah kemudian jenis pangan ini adalah pangan yang biasanya kita impor dari luar," ujarnya.
5. Irman Faiz, Analis Makroekonomi Bank Danamon
Bank Danamon baru saja merevisi perkiraan inflasi akhir tahun dari 4% menjadi 4,2%. Hal ini dikarenakan realisasi inflasi pada periode Juni yang di luar perkiraan, meskipun tidak ada kenaikan harga energi.
Namun di sisi lain, produsen tidak serta merta menaikkan harga meskipun bahan baku semakin mahal.
"Kami juga berpikir bahwa produsen berhati-hati dalam memberikan tekanan biaya kepada konsumen, yang tercermin dalam inflasi inti yang meningkat secara bertahap namun terus-menerus," kata Irman.
"Dan jika pembuat kebijakan moneter berdiri teguh dengan keyakinan mereka pada tingkat kebijakan yang disesuaikan dengan inflasi inti, maka hasil hari ini dapat memberikan ruang untuk menunda rencana kenaikan suku bunga," jelasnya lagi.
(mij/sef)[Gambas:Video CNBC]