Tetangga RI Ini Diramal Segera Masuk Jurang Resesi, RI Aman?

Maesaroh, CNBC Indonesia
04 July 2022 15:32
Seseorang yang memegang payung berjalan di tengah hujan di tepi pantai, di tengah peringatan topan pada peringatan 25 tahun penyerahan bekas jajahan Inggris ke pemerintahan China, di Hong Kong. (REUTERS/PAUL YEUNG)
Foto: Seseorang yang memegang payung berjalan di tengah hujan di tepi pantai, di tengah peringatan topan pada peringatan 25 tahun penyerahan bekas jajahan Inggris ke pemerintahan China, di Hong Kong. (REUTERS/PAUL YEUNG)

Jakarta, CNBC Indonesia - Uni Eropa, Inggris, Jepang, Korea Selatan, Australia, dan Kanada diperkirakan akan mengalami resesi dalam waktu dekat. Mereka akan menyusul Amerika Serikat (AS) yang diramal akan masuk jurang resesi pada kuartal IV tahun ini.

Perkiraan tersebut disampaikan Nomura Holdings Inc. Negara-negara di Uni Eropa, Inggris, Jepang, Korea Selatan, Australia, ataupun Kanada paling lambat akan masuk ke jurang resesi pada 12 bulan mendatang. Resesi terjadi akibat dari perlambatan ekonomi, pengetatan kebijakan fiskal dan moneter, serta lonjakan biaya hidup.

"Resesi di kawasan tersebut bisa membuat pertumbuhan ekonomi global melambat," tulis Nomura, seperti dikutip dari Bloomberg.


Meskipun dikhawatirkan masuk resesi akibat ekonomi yang melambat, bank sentral negara-negara tersebut tetap akan menaikkan suku bunga acuan. Mereka diperkirakan baru akan melonggarkan kebijakan moneternya pada 2023 mendatang.

Resesi di sejumlah negara membuat dunia tidak bisa mengandalkan ekspor sebagai motor pertumbuhan. 

"Dengan meningkatnya sinyal-sinyal perlambatan ekonomi global maka negara-negara di dunia tidak bisa menggantungkan rebound ekspor untuk pertumbuhan. Kondisi ini bisa memicu resesi berganda," tulis Nomura.

Nomura memperkirakan inflasi di tingkat global masih akan tinggi karena dipicu oleh lonjakan harga komoditas. Lonjakan tersebut akan memicu kenaikan harga atau tariff sektor lain mulai dari jasa layanan, sewa, hingga gaji.

Kedalaman resesi akan berbeda di masing-masing negara. Amerika Serikat diperkirakan akan mengalami resesi yang cukup dangkal tetapi dalam jangka waktu yang lebih panjang.

Resesi di AS diperkirakan bisa bertahan hingga lima kuartal, mula dari kuartal IV-2022.
Sebagai catatan, ekonomi AS terkontraksi 1,6% pada kuartal I tahun ini. Di sisi lain, inflasi Paman Sam melambung hingga 8,6% pada Mei 2022 , yang menjadi rekor tertinggi sejak Desember 1981.

Kawasan Uni Eropa diperkirakan akan mengalami resesi yang lebih dalam dibandingkan AS jika Rusia memangkas sepenuhnya pasokan gas ke kawasan tersebut.



Nomura memperkirakan ekonomi AS dan kawasan Uni Eropa akan terkontraksi sebesar 1% pada 2023.
Negara di kawasan Eropa kemungkinan akan mengalami kontraksi ekonomi pada semester kedua tahun ini. Resesi kemungkinan akan berlanjut hingga musim panas 2023.

Resesi Eropa, terutama dipicu oleh kenaikan harga energi. Ketergantungan Eropa terhadap pasokan energi dari Rusia melambungkan inflasi di kawasan tersebut mencapai rekor tertingginya dalam puluhan tahun.
Inflasi di Inggris menembus 9,1% (year on year/yoy) pada Mei 2022, rekor tertingginya sejak 1982. Inflasi di kawasan Eropa mencapai rekor tertingginya pada Juni tahun ini yakni 8,6% (yoy).

Ekonomi Korea Selatan diperkirakan akan terkontraksi 2,2% pada kuartal tiga tahun ini.

Negara Ginseng mencatatkan pertumbuhan sebesar 0,6% (quarter on quarter/qtq) pada kuartal I-2022, melambat dibandingkan kuartal IV-2021 yang tercatat 1,2%.

Resesi di Jepang diperkirakan akan ringan karena dibantu oleh kebijakan moneter dan fiskalnya.
Bank sentral Jepang (BOJ) pada 19 Juni lalu memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan mereka yang kini ada di minus 0,1%. Suku bunga acuan sebesar itu sudah bertahan sejak 2016.

Jepang memilih bertahan dengan suku bunga rendah demi mendongrak ekonominya. Ekonomi Matahari Terbit terkontraksi 0,1% pada kuartal I (qtq yang dianualisasikan).

Sementara itu, inflasi Jepang meningkat 2,5% (yoy) pada April 2022 yang menjadi catatan tertinggi sejak Oktober 2014.

Dalam laporan sebelumnya, Nomura meramal ekonomi AS akan masuk resesi pada kuartal IV tahun ini.
Nomura mengatakan pengetatan kebijakan moneter, gangguan pasokan energi dan bahan pangan, serta sentimen negatif konsumen AS membuat ekonomi Paman Sam rawan melambat.

"Kami memperkirakan resesi yang dangkal tetapi cukup lama karena tiga alasan," tutur Nomura dalam reportnya US: Staring into the Void - A Recession is Now Likely.

Tiga alasan tersebut adalah sikap konsumen yang memilih mengerem belanja dan meningkatkan savings mereka. Alasan lainnya adalah tidak adanya dukungan kebijakan fiskal dan moneter untuk mencegah resesi serta utang perusahaan swasta yang meningkat.


China dengan size ekonomi terbesar kedua setelah AS diperkirakan masih aman dari resesi. Ekonomi Negara Tirai Bambu sangat terbantu oleh kebijakan fiskal dan moneternya.

Namun, ekonomi China masih berisiko terhadap pelemahan karena dampak lockdown pada April lalu serta Covid-19 zero strategy.

Sementara itu, sejumlah ekonom memperkirakan Indonesia masih aman dari resesi. Ekonomi Indonesia diramal mampu tumbuh tinggi pada tahun ini dan 2023.

"Untuk Indonesia sepertinya kecil kemungkinan ekonomi kita kontraksi karena didorong konsumsi domestik dan Investasi domestik," ungkap Ekonom Sucor Sekuritas, Ahmad Mikail kepada CNBC Indonesia, bulan lalu.

Menteri Keuangan Sri Mulyani (23/6/2022) memproyeksikan ekonomi Indonesia pada kuartal II- 2022 akan tumbuh di kisaran 4,8-5,3%. Jika ekonomi Indonesia masih mampu tumbuh di atas 5% pada kuartal II-2022 maka Indonesia akan mencatatkan pertumbuhan di atas 5% selama tiga kuartal beruntun sekaligus menjauhkan diri dari jurang resesi.



TIM RISET CNBC INDOENSIA


(mae/mae)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Derita Amerika Resesi Berkali-kali, Separah Apa Kini?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular