Puluhan Pesawat di RI 'Menghilang', Kiamat Pesawat Nyata

redaksi, CNBC Indonesia
04 July 2022 07:15
Airbus dan GMF AeroAsia menandatangani perjanjian perbaikan komponen pesawat. (CNBC Indonesia/Muhammad Choirul)
Foto: Ilustrasi pesawat (CNBC Indonesia/Muhammad Choirul)

Jakarta, CNBC Indonesia - Jumlah armada pesawat di Indonesia dilaporkan terus turun. Karena itu,

Plt Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Nur Isnin Istiartono mengatakan, penambahan armada yang siap beroperasi (serviceable) dibutuhkan menjadi tantangan saat ini dan ke depan.

Menurut Isnin, hingga Juni 2022, jumlah armada pesawat yang serviceable adalah 336 unit untuk AOC 121 dan 222 unit untuk AOC 135.

"Itu turun 40% dari sebelum pandemi dimana untuk AOC 121 sebanyak 561 unit dan AOC 135 sebanyak 304 unit," kata Nur Isnin dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi V DPR RI, dikutip Senin (4/7/2022).

"Meningkatkan armada yang siap melayani transportasi masyarakat adalah tantangan saat ini dan ke depan. Penambahan jumlah pesawat yang serviceable ini sangat diperlukan untuk memenuhi jasa kebutuhan transportasi, terutama domestik," lanjut Isnin.

Mengutip paparannya saat rapat dengan Komisi V DPR (Selasa, 28/6/2022), per Juni 2022, ada 18 operator pesawat untuk AOC 121 dan 43 untuk AOC 135. Tahun 2021, jumlah operator AOC 121 tercatat 17 dan AOC 135 ada 45. Dimana, total pesawat teregistrasi ada 631 unit untuk AOC 121 dan 316 unit untuk AOC 135. Jumlah ini berkurang di tahun 2022 dimana armada teregistrasi jadi 561 untuk AOC 121 dan 304 untuk AOC 135.

Sinyal 'kiamat' pesawat di Indonesia ini sebelumnya, telah diungkapkan Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi yang mengatakan jumlah armada pesawat di Indonesia menurun. Saat bertemu dengan Presiden Boeing Internasional Michael A. Arthur pada pertengahan Mei lalu. Dia mengungkapkan potensi kebutuhan pesawat di Indonesia yang meningkat pada tahun ini.

Tambah Armada

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Human Capital Garuda Indonesia Arya Adileksana memaparkan saat ini maskapai milik negara ini tengah mengoperasikan 33 pesawat dari sebelumnya 142 pesawat, sementara dari anak usaha Citilink juga mengurangi jumlah pesawat menjadi 34 dari 51 pesawat.

"Dari business plan kami akan tingkatkan terus jadi 70 pesawat sampai akhir tahun 2023, dan Citilink meningkat jadi 49 pesawat," katanya.

"Hal ini salah satu recovery action setelah mendapatkan persetujuan dari para lessor," ujarnya.

Tantangan Pariwisata BaliĀ 

Sementara itu, Wakil Gubernur Bali Tjok Oka Artha Ardhana Sukawati terang-terangan menyebut terbatasnya maskapai serta kenaikan harga tiket pesawat menjadi tantangan pariwisata Bali saat ini.

"Mudah-mudahan nggal terjadi isu permanen, adalah sedikitnya maskapai. Harga sangat mahal sekali, sekarang ke Bali baru 21 maskapai, minggu depan 22-23 maskapai. Tapi komunikasi dengan agen-agen di luar, persoalan di biaya perjalanan tinggi," katanya kepada CNBC Indonesia, dikutip Senin (4/7/2022).

Padahal, saat ini regulasi untuk masuk ke Bali sudah jauh lebih mudah. Beberapa waktu lalu sempat muncul aturan kewajiban tes PCR khusus masuk ke Bali, saat ini kebijakan itu sudah tidak ada.

"Harga di Bali pun kompetitif walau sempat mulai menaikkan harga dibanding sebelum Covid-19. Sekarang bersyukur harga kamar kembali ke normal," ujarnya.


(dce/dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article RI Terancam 'Kiamat' Pesawat Terbang, Ini Biang Keroknya

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular