
'Kiamat Pesawat' dan Lonjakan Harga Tiket Hantam Wisata Bali

Jakarta, CNBC Indonesia - Di tengah upayanya untuk bangkit, sektor pariwisata di Bali menghadapi tantangan lain selain peningkatan kasus Covid-19. Wakil Gubernur Bali Tjok Oka Artha Ardhana Sukawati terang-terangan menyebut terbatasnya maskapai serta kenaikan harga tiket pesawat menjadi tantangan pariwisata Bali saat ini.
"Mudah-mudahan ngga terjadi isu permanen, adalah sedikitnya maskapai. Harga sangat mahal sekali, sekarang ke Bali baru 21 maskapai, minggu depan 22-23 maskapai. Tapi komunikasi dengan agen-agen di luar, persoalan di biaya perjalanan tinggi," katanya kepada CNBC Indonesia, Jumat (1/7/22).
Padahal, saat ini regulasi untuk masuk ke Bali sudah jauh lebih mudah. Beberapa waktu lalu sempat muncul aturan kewajiban tes PCR khusus masuk ke Bali, saat ini kebijakan itu sudah tidak ada.
"Harga di Bali pun kompetitif walau sempat mulai menaikkan harga dibanding sebelum Covid-19. Sekarang bersyukur harga kamar kembali ke normal," ujar Tjok Atje, sapaan akrabnya.
Jumlah pesawat yang beroperasi saat ini berkurang drastis dibandingkan masa pandemi. Setidaknya dalam kurang 2 bulan jumlah pesawat yang beroperasi di Indonesia terus berkurang sampai belasan unit.
Penurunan jumlah pesawat siap beroperasi ini diakui akan menjadi tantangan di tengah tren kenaikan permintaan. Di sisi lain, terjadi lonjakan harga avtur. Kondisi ini pun memicu lonjakan harga tiket pesawat yang bahkan lebih dari 2 kali lipat.
"Saat ini jumlah pesawat yang serviceable sampai minggu lalu AOC 121 ada sebanyak 336 unit, sementara untuk AOC 135 sebanyak 222 unit itu turun 40% dari sebelum pandemi untuk AOC 121 sebanyak 561 unit dan AOC 135 sebanyak 304 unit," kata Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Nur Isnin Istiartono dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi V DPR RI, Selasa (28/6/2022).
(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Hotel di Bali Bertumbangan, Tutup Lebih 1.500 Kamar