Wisata Bali Masih Tergantung Pesawat, Tiket, dan Turis China

Jakarta, CNBC Indonesia - Sektor pariwisata di Bali mulai bergeliat, namun masih jauh dari normal. Salah satu penyebab utamanya karena sumber negara turis tersebut masih menerapkan pengetatan ke akses luar, termasuk China.
Wakil Gubernur Bali Tjok Oka Artha Ardhana Sukawati bahkan mengungkapkan bahwa negara tersebut sangat berpengaruh terhadap pemulihan pariwisata di wilayahnya.
"China mulai kendorkan karantinanya, kalau China buka, saya yakin Bali akan segera pulih," katanya kepada CNBC Indonesia, Jumat (1/7/22).
Selama ini, kunjungan wisman dari China sangat mendominasi dan menghidupkan pariwisata Bali. Dilansir dari laman Disparda Bali, kunjungan wisman ke Bali sepanjang 2019 dengan jumlah total 6.275.210 kunjungan, wisatawan China berada pada posisi kedua tingkat kunjungan tertinggi ke Pulau Dewata yakni mencapai 1.186.057 kunjungan (18,90 persen).
Tingginya kunjungan dari negeri Tirai Bambu membuat Bali cukup bergantung pada wisman asal negara tersebut. Meski demikian, harapan lain dating dari Australia. Saat ini, turis Australia mulai masuk Bali, begitu juga dari wisatawan domestic.
"Tren kunjungan wisatawan dari hari ke hari naik, dibuka Maret awalnya berapa ratus, sekarang 7 ribu. Maskapai sebagai indikator terus bertambah, hari ini 21 maskapai, minggu depan jadi 23 maskapai. Jadi Bali potensial, masih dilirik. Kami siap untuk itu,"
Selain itu, ada juga persoalan lain dalam mendorong tumbuhnya pariwisata di Bali, yakni ketersediaan pesawat.
"Hanya bottleneck di pesawat. Mudah-mudahan ngga jadi masalah yang terjadi di Ukraina-Rusia. Krisis global bisa teratasi, Indonesia seperti semula," sebutnya.
[Gambas:Video CNBC]
Aturan Fuel Surcharge: Maskapai Kompak Naikkan Harga Tiket
(hoi/hoi)