
RI Terancam 'Kiamat' Pesawat Terbang, Ini Biang Keroknya

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia terancam mengalami defisit ketersediaan jumlah pesawat komersial. Saat ini pesawat yang beroperasi menipis imbas pandemi yang berlangsung selama dua tahun. Sementara pengguna penerbangan mulai meningkat imbas pelonggaran aturan perjalanan.
Krisis jumlah pesawat ini terjadi karena banyak maskapai yang mengembalikan pesawatnya kepada lessor imbas masalah finansial. Selain itu demand transportasi pesawat juga tidak besar karena pandemi yang berkepanjangan.
Dimana saat jumlah penularan harian mencapai puluhan ribu setiap harinya, membuat pemerintah mengambil kebijakan pembatasan mobilitas masyarakat yang ketat.
Operasi yang menurun ini membuat maskapai mengambil keputusan untuk mengurangi jumlah pesawat yang beroperasi. Seperti Garuda Indonesia, Lion Air cs beberapa kali dilaporkan melakukan pengembalian pesawat kepada lessor.
Seperti Garuda Indonesia yang sebelumnya mengoperasikan 142 pesawat kini hanya 40 pesawat yang beroperasi. Begitu juga dengan Citilink mengalami penurunan jumlah armada pesawat sebesar 31% pada 2020 menjadi 68 unit, mengutip laporan keuangannya 2020. Pada 2021 lalu Lion Air juga mengembalikan 6 pesawat.
Sehingga total pesawat kini yang beroperasi hanya sekitar 350 pesawat dari total 550 pesawat, menurut data dari Kementerian Perhubungan. Hal ini akan menjadi tantangan melihat pulihnya jumlah penumpang penerbangan yang diprediksi mencapai 78 juta orang hingga akhir tahun.
Menhub juga sudah melakukan komunikasi dengan produsen pesawat seperti Boeing mengenai masalah ini, dalam lawatannya ke Singapura beberapa hari lalu, dan mengungkapkan masalah kebutuhan pesawat di RI.
"Untuk kita kita minta pihak Boeing untuk berkomunikasi dengan sejumlah maskapai terkait dengan upaya pemenuhan kebutuhan pesawat," kata Menhub dikutip dari keterangan, (18/5/2022).
Sehingga upaya lanjutan harus dilakukan, karena kebutuhan pesawat itu tergantung dari tiap maskapai masing - masing.
"Itu tergantung dari kebutuhan operator dan maskapai masing-masing pemerintah akan mendukung dan memfasilitasi," kata Juru Bicara Kementerian Perhubungan Adita Irawati kepada CNBC Indonesia, Jumat (20/5/2022).
Saat ini kebutuhan akan pesawat terbang juga mulai meningkat. Dari data Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah angkutan penerbangan selama periode Januari - Maret 2022 10,7 juta orang atau naik 55% dari periode sama tahun sebelumnya, dan penumpang internasional naik 200% menjadi 373,5 ribu.
(dce/dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Indonesia Kiamat Pesawat Terbang? Kok Bisa?