Juni, Ekspor RI Bakal Ngegas Lagi!

Maesaroh, CNBC Indonesia
15 June 2022 14:49
Pekerja melakukan aktivitas bongkar muat kontainer di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (4/3/2022). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Pekerja melakukan aktivitas bongkar muat kontainer di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (4/3/2022). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia -  Surplus neraca perdagangan menyusut pada Mei 2022. Surplus diperkirakan bakal kembali meningkat bulan ini seiring dibukanya kembali ekspor minyak sawit mentah (CPO) dan produk turunannya.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor pada Mei 2022 mencapai US$ 21,51 miliar. Nilai tersebut merosot 21,3% dibandingkan April 2022 tetapi masih naik 27% dibandingkan Mei 2021. Nilai ekspor Mei adalah yang terendah sejak Februari 2022.

Anjloknya ekspor ini memang sudah diprediksi setelah pemerintah melarang ekspor CPO dan produk turunannya pada periode 28 April-23 Mei 2022.

"Pada Mei, komoditas utama ekpsor kita mengalami penurunan secara month to month (mtm), terdalam pada ekspor minyak kelapa sawit turun," tutur Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto, dalam konferensi pers, Rabu (15/6/2022).


Ekspor lemak dan minyak hewani/nabati- didominasi oleh CPO dan produk turunannya- pada Mei 2022 hanya tercatat US$ 844,5 juta. Nilai tersebut amblas 71,8% dibandingkan bulan sebelumnya.

Sebagai catatan, ekspor CPO dan produk turunannya menyumbang sekitar 13-15% terhadap total ekspor Indonesia sehingga hilangnya ekspor komoditas tersebut langsung memukul ekspor Indonesia.

Dalam catatan BPS, ekspor lemak dan minyak hewani/nabati pada periode Januari-Mei tercatat US$ 11,75 miliar, turun 3,6% dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu.

Ekspor lemak dan minyak hewani/nabati tersebut selalu berada di atas US$ 2 miliar sepanjang Januari-April 2022. Pada Januari 2022 tercatat US$ 2,42 miliar, Februari sebesar US$ 2,42 miliar, Maret sebesar US$ 3,07 miliar dan April sebesar US$ 2,99 miliar.

Ekspor sawit ke sejumlah negaraSumber: BPS

BPS juga mencatat ekspor CPO dan produk turunannya merosot drastis ke sejumlah negara. Bulan lalu, Indonesia bahkan tidak melakukan pengiriman komoditas tersebut ke India padahal India adalah pasar terbesar bagi CPO Indonesia.

Ekspor ke Pakistan juga turun 90,2% (mtm) sementara ke Amerika Serikat amblas 68,6% dan ke Malaysia anjlok 90,9%.

Penurunan ekspor CPO ini setidaknya bisa diimbangi oleh kenaikan harga batu bara, nikel, dan tembaga. Ekspor nikel melesat 65% (mtm) pada Mei 2022 menjadi US$ 591,1 juta sementara pengiriman tembaga melonjak 14,8% (mtm) menjadi US$ 296,4 juta.

Penyumbang utama ekspor pada Mei 2022 adalah bahan bakar mineral yang didominasi oleh batu bara.  Ekspor bahan bakar mineral tercatat US$ 4,86 miliar pada Mei 2022. Nilai tersebut turun 7,9% dibandingkan bulan sebelumnya.

Sepanjang Januari-Mei 222, ekspor bahan bakar mineral tercatat US$ 19 miliar, naik 85,2% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Kontribusi ekspor komoditas tersebut mencapai 17,5% terhadap total ekspor Indonesia.

Nilai impor Indonesia pada Mei tahun ini hanya menembus US$ 18,61 miliar, turun 5,81% dibandingkan April 2022 tetapi masih naik 30,7% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Impor semua kelompok barang mengalami penurunan dibandingkan April 2022.

Impor barang modal turun 3,6 % (mtm) menjadi US$ 2,44 miliar sementara impor bahan baku/penolong turun 5,6% (mtm) menjadi US$ 14,66 miliar. Impor konsumsi turun 10,8% menjadi US$ 1,52 miliar.

Penurunan impor ada pada produk farmasi, ampas dan sisa industri makanan, logam mulia dan perhiasan/permata, bahan bakar mineral, serta mesin/peralatan mekanis. Sementara itu, peningkatan impor terbesar ada pada produk serealia, gula dan kembang gula, biji dan buah mengandung minyak, besi dan baja, serta kendaraan bermotor.

Dengan catatan ekspor mencapai US$ 21,51 miliar dan impor US$ 18,61 miliar maka neraca perdagangan mencatatkan surplus senilai US$ 2,89 miliar. Nilai tersebut adalah yang terendah sejak Januari 2022.

Nilai surplus tersebut juga jauh di bawah konsensus pasar yakni US$ 3,57 miliar. Anjloknya ekspor, impor, serta neraca perdagangan tidak bisa dilepaskan dari libur panjang Lebaran yang berlangsung sejak 28 April-8 Mei 2022.

"Ada pengaruh libur Lebaran. Banyak produsen yang juga sudah mengimpor barang modal sebelumnya untuk antisipasi libur yang panjang jadi impor turun. Ini sifatnya temporter," tutur kepala ekonom BCA David Sumual, kepada CNBC Indonesia.

David menambahkan neraca perdagangan diperkirakan akan membaik bulan depan karena semua sudah berjalan normal, termasuk ekspor CPO dan produk turunannya.

Harga komoditas seperti batu bara dan CPO juga masih tinggi yang akan membantu kinerja ekspor. Harga minyak mentah memang naik dan bisa menekan surplus tetapi secara keseluruhan surplus akan membaik.

"Ekspor mungkin akan naik. Surplus juga akan balik tinggi ke depan. Kenaikan harga batu bara dan CPO lebih tinggi daripada minyak mentah," imbuhnya.

Namun, dia mengingatkan impor kemungkinan naik karena produsen akan mengimpor lebih cepat sebagai antisipasi terus membengkaknya kurs dollar Amerika Serikat (AS). "Kurs melemah sehingga ada ekspektasi harga akan mahal. Produsen akan impor dari sekarang," ujarnya.

Sebaliknya, ekonom Bank Danamon Wisnu Wardana memperkirakan surplus akan kembali moderat menjelang akhir tahun. Pasalnya, permintaan impor akan meningkat sejalan dengan pemulihan ekonomi domestik dan pelonggaran mobilitas. Di sisi lain, harga komoditas kemungkinan akan melandai karena melemahnya permintaan global.

"Risiko dari pelemahan global akan menurunkan perdagangan global. Harga CPO dan komoditas lain juga akan turun secara bertahap. Sebaliknya, harga minyak bisa naik karena embargo ke rusia sehingga menekan neraca perdagangan," tutur Wisnu, kepada CNBC Indonesia.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(mae/mae)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Setelah Rekor, Awas Neraca Dagang Bakal Ciut!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular