Top Pak Jokowi! Ekspor Cetak Rekor, Ekonomi RI Siap Meroket

Maesaroh, CNBC Indonesia
16 September 2022 11:45
Pekerja dengan menggunakan alat berat melakukan bongkar muat Electric Multiple Unit (EMU) atau kereta untuk proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) yang tiba di Pelabuhan Tanjung Priok, Jumat (2/8/2022). (CNBC Indoensia/Andrean Kristianto)
Foto: Pekerja dengan menggunakan alat berat melakukan bongkar muat Electric Multiple Unit (EMU) atau kereta untuk proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) yang tiba di Pelabuhan Tanjung Priok, Jumat (2/8/2022). (CNBC Indoensia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia- Neraca perdagangan Indonesia membukukan surplus senilai US$ 5,76 miliar pada Agustus 2022, di atas ekspektasi pasar yang ada di kisaran US$ 4,12 miliar. Besarnya surplus pada Agustus diyakini akan menjadi modal cerah bagi ekonomi domestik untuk menghadapi ketidakpastian ekonomi global ke depan.

Baik ekspor dan impor sama-sama mencatat rekor tertingginya pada Agustus 2022. Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor Indonesia pada Agustus 2022 mencapai US$ 27,91 miliar. Nilai tersebut melonjak 30,15% dibandingkan Agustus 2021 (year on year/yoy).

Kenaikan ekspor tersebut di atas ekspektasi pasar yang memperkirakan ekspor hanya akan meningkat 19% pada Agustus tahun ini.
Sementara itu, impor Agustus tercatat US$ 22,15 miliar atau melonjak 32,81% (yoy). Ini adalah kali pertama Indonesia membukukan impor hingga mencapai US$ 22 miliar.

Ekonom Bank Central Asia (BCA) Barra Kukuh Mamia memperkirakan surplus neraca perdagangan tahun ini bisa menembus US$ 45 miliar, jauh lebih tinggi dibandingkan pada 2021 yang tercatat US$35,42 miliar.

Melonjaknya surplus perdagangan akan menopang transaksi berjalan dan pergerakan rupiah. BCA memperkirakan transaksi berjalan akan mencatatkan surplus sebesar 1,4% dari PDB, jauh lebih besar dibandingkan pada 2021 (0,29% dari PDB).

"Surplusnya transaksi berjalan akan menopang rupiah di tengah badai kenaikan dolar Amerika Serikat (AS)," tutur Barra dalam laporannya Improving Prospects amid Europe's Energy Crunch.

Senada, ekonom Mirae Asset Sekuritas Indonesia Rully Arya Wisnubroto mengatakan besarnya surplus perdagangan akan menjadi modal besar bagi Indonesia dalam mengarungi ketidakpastian ekonomi ke depan.

Sebagai catatan, bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) diperkirakan akan menaikkan suku bunga secara agresif pada pekan depan. Keputusan The Fed biasanya akan mengguncang pasar keuangan Emerging Markets.

"Kami memperkirakan, neraca perdagangan Indonesia akan terus mencatatkan surplus hingga akhir tahun. Surplus kemungkinan lebih besar dibandingkan US$ 40-45 miliar," ujar Rully dalam dalam laporannya Macro Update - August's International Trade: Stronger-than-Expected Exports

Dengan surplus yang membesar, transaksi berjalan Indonesia akan mencatatkan surplus transaksi berjalan sebesar 0,5% dari PDB pada 2022. Rupiah pun kemudian akan kembali menguat terhadap dolar AS.

"Rupiah kemungkinan akan menguat dan berada di posisi Rp 14.585/US$1 di akhir tahun. Pertumbuhan ekonomi juga diperkirakan menembus 5,08% pada tahun ini dengan ditopang oleh ekspor," imbuh Rully.

Sebagai catatan, ekonomi Indonesia tumbuh 3,69% pada 2021.

Ekonom Sucor Sekuritas Ahmad Mikail Samuel memperkirakan surplus neraca perdagangan September masih bisa mencapai US$ 5 miliar seiring dengan normalisasi ekspor CPO dan meroketnya harga batu bara.

Sebagai catatan, harga batu bara mencetak rekor tertinggi pada 5 September lalu di posisi US$ 463,75 per ton.

Secara khusus, Mikail juga menyoroti kenaikan impor pada Agustus. Menurutnya, tingginya nilai impor barang modal pada Agustus menjadi sinyal positif bagi pertumbuhan ekonomi ke depan.

Menurut golongan penggunaan barang, nilai impor barang modal melonjak 18,14% (month to month/mtm) menjadi US$ 3,5 4, barang konsumsi naik 12,27% (mtm) menjadi US$ 1,85 miliar, dan bahan baku/penolong naik 0,35% menjadi US$ 16,76 miliar.

Seperti diketahui, kenaikan barang modal biasanya menjadi sinyal bagi meningkatnya investasi untuk 2-3 bulan ke depan.
"Impor barang modal yang lebih tinggi memberi sinyal jika aktivitas investasi akan menggerakkan pertumbuhan ekonomi pada kuartal II-2022," tutur Mikail, kepada CNBC Indonesia.

Dia memperkirakan pertumbuhan ekonomi kuartal II diperkirakan mencapai 5,2% pada kuartal II-2022.

Investasi diharapkan bisa menjadi salah satu tulang punggung pertumbuhan ekonomi Indonesia bersama ekspor. Pasalnya, konsumsi rumah tangga kemungkinan bisa melandai karena terdampak oleh kenaikan harga BBM.

"Kenaikan impor barang modal sejalan dengan perkiraan kami bahwa pertumbuhan Indonesia akan banyak menggantungkan pada investasi," tutur Barra.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular