Juni, Ekspor RI Bakal Ngegas Lagi!
Jakarta, CNBC Indonesia - Surplus neraca perdagangan menyusut pada Mei 2022. Surplus diperkirakan bakal kembali meningkat bulan ini seiring dibukanya kembali ekspor minyak sawit mentah (CPO) dan produk turunannya.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor pada Mei 2022 mencapai US$ 21,51 miliar. Nilai tersebut merosot 21,3% dibandingkan April 2022 tetapi masih naik 27% dibandingkan Mei 2021. Nilai ekspor Mei adalah yang terendah sejak Februari 2022.
Anjloknya ekspor ini memang sudah diprediksi setelah pemerintah melarang ekspor CPO dan produk turunannya pada periode 28 April-23 Mei 2022.
"Pada Mei, komoditas utama ekpsor kita mengalami penurunan secara month to month (mtm), terdalam pada ekspor minyak kelapa sawit turun," tutur Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto, dalam konferensi pers, Rabu (15/6/2022).
Ekspor lemak dan minyak hewani/nabati- didominasi oleh CPO dan produk turunannya- pada Mei 2022 hanya tercatat US$ 844,5 juta. Nilai tersebut amblas 71,8% dibandingkan bulan sebelumnya.
Sebagai catatan, ekspor CPO dan produk turunannya menyumbang sekitar 13-15% terhadap total ekspor Indonesia sehingga hilangnya ekspor komoditas tersebut langsung memukul ekspor Indonesia.
Dalam catatan BPS, ekspor lemak dan minyak hewani/nabati pada periode Januari-Mei tercatat US$ 11,75 miliar, turun 3,6% dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu.
Ekspor lemak dan minyak hewani/nabati tersebut selalu berada di atas US$ 2 miliar sepanjang Januari-April 2022. Pada Januari 2022 tercatat US$ 2,42 miliar, Februari sebesar US$ 2,42 miliar, Maret sebesar US$ 3,07 miliar dan April sebesar US$ 2,99 miliar.
BPS juga mencatat ekspor CPO dan produk turunannya merosot drastis ke sejumlah negara. Bulan lalu, Indonesia bahkan tidak melakukan pengiriman komoditas tersebut ke India padahal India adalah pasar terbesar bagi CPO Indonesia.
Ekspor ke Pakistan juga turun 90,2% (mtm) sementara ke Amerika Serikat amblas 68,6% dan ke Malaysia anjlok 90,9%.
Penurunan ekspor CPO ini setidaknya bisa diimbangi oleh kenaikan harga batu bara, nikel, dan tembaga. Ekspor nikel melesat 65% (mtm) pada Mei 2022 menjadi US$ 591,1 juta sementara pengiriman tembaga melonjak 14,8% (mtm) menjadi US$ 296,4 juta.
Penyumbang utama ekspor pada Mei 2022 adalah bahan bakar mineral yang didominasi oleh batu bara. Ekspor bahan bakar mineral tercatat US$ 4,86 miliar pada Mei 2022. Nilai tersebut turun 7,9% dibandingkan bulan sebelumnya.
Sepanjang Januari-Mei 222, ekspor bahan bakar mineral tercatat US$ 19 miliar, naik 85,2% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Kontribusi ekspor komoditas tersebut mencapai 17,5% terhadap total ekspor Indonesia.
(mae/mae)