
Juni, Ekspor RI Bakal Ngegas Lagi!

Nilai impor Indonesia pada Mei tahun ini hanya menembus US$ 18,61 miliar, turun 5,81% dibandingkan April 2022 tetapi masih naik 30,7% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Impor semua kelompok barang mengalami penurunan dibandingkan April 2022.
Impor barang modal turun 3,6 % (mtm) menjadi US$ 2,44 miliar sementara impor bahan baku/penolong turun 5,6% (mtm) menjadi US$ 14,66 miliar. Impor konsumsi turun 10,8% menjadi US$ 1,52 miliar.
Penurunan impor ada pada produk farmasi, ampas dan sisa industri makanan, logam mulia dan perhiasan/permata, bahan bakar mineral, serta mesin/peralatan mekanis. Sementara itu, peningkatan impor terbesar ada pada produk serealia, gula dan kembang gula, biji dan buah mengandung minyak, besi dan baja, serta kendaraan bermotor.
Dengan catatan ekspor mencapai US$ 21,51 miliar dan impor US$ 18,61 miliar maka neraca perdagangan mencatatkan surplus senilai US$ 2,89 miliar. Nilai tersebut adalah yang terendah sejak Januari 2022.
Nilai surplus tersebut juga jauh di bawah konsensus pasar yakni US$ 3,57 miliar. Anjloknya ekspor, impor, serta neraca perdagangan tidak bisa dilepaskan dari libur panjang Lebaran yang berlangsung sejak 28 April-8 Mei 2022.
"Ada pengaruh libur Lebaran. Banyak produsen yang juga sudah mengimpor barang modal sebelumnya untuk antisipasi libur yang panjang jadi impor turun. Ini sifatnya temporter," tutur kepala ekonom BCA David Sumual, kepada CNBC Indonesia.
David menambahkan neraca perdagangan diperkirakan akan membaik bulan depan karena semua sudah berjalan normal, termasuk ekspor CPO dan produk turunannya.
Harga komoditas seperti batu bara dan CPO juga masih tinggi yang akan membantu kinerja ekspor. Harga minyak mentah memang naik dan bisa menekan surplus tetapi secara keseluruhan surplus akan membaik.
"Ekspor mungkin akan naik. Surplus juga akan balik tinggi ke depan. Kenaikan harga batu bara dan CPO lebih tinggi daripada minyak mentah," imbuhnya.
Namun, dia mengingatkan impor kemungkinan naik karena produsen akan mengimpor lebih cepat sebagai antisipasi terus membengkaknya kurs dollar Amerika Serikat (AS). "Kurs melemah sehingga ada ekspektasi harga akan mahal. Produsen akan impor dari sekarang," ujarnya.
Sebaliknya, ekonom Bank Danamon Wisnu Wardana memperkirakan surplus akan kembali moderat menjelang akhir tahun. Pasalnya, permintaan impor akan meningkat sejalan dengan pemulihan ekonomi domestik dan pelonggaran mobilitas. Di sisi lain, harga komoditas kemungkinan akan melandai karena melemahnya permintaan global.
"Risiko dari pelemahan global akan menurunkan perdagangan global. Harga CPO dan komoditas lain juga akan turun secara bertahap. Sebaliknya, harga minyak bisa naik karena embargo ke rusia sehingga menekan neraca perdagangan," tutur Wisnu, kepada CNBC Indonesia.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(mae/mae)
[Gambas:Video CNBC]