Gawat! Australia Terancam Gelap Gulita, "Kiamat" Listrik?
Jakarta, CNBC Indonesia - Australia terancam "kiamat" listrik. Pemadaman kemungkinan dilakukan di wilayah pantai timur, Queensland dan New South Wales, yang merupakan rumah bagi lebih dari 13 juta orang.
Krisis energi disebut telah melanda negara itu. Perdana Menteri (PM) Anthony Albanese, yang berasal dari Partai Buruh, menyalahkan krisis energi pada pemerintah sebelumnya, yang dikuasai sembilan tahun oleh Partai Liberal.
"Konsekuensi dari kegagalan pemerintah sebelumnya untuk menerapkan kebijakan energi sedang dirasakan saat ini," katanya kepada wartawan di Brisbane, dikutip AFP, Selasa (14/6/2022).
Ia pun meyakinkan warga bahwa pemerintahannya telah mengantisipasi ini. Pemerintah, tegasnya, tengah mencari cara bagaimana meredakan krisis.
Australia adalah salah satu dari tiga produsen batu bara dan gas terbesar di dunia. Bahan bakar fosil menyediakan sekitar 71% listrik di mana batu bara mendominasi 51%.
Namun saat ini, sekitar seperempat dari pembangkit listrik tenaga batu bara (PLTU) di pantai timur offline. Itu karena pemadaman dan pemeliharaan.
Belum lagi invasi Rusia ke Ukraina juga telah menaikkan permintaan ekspor untuk gas Australia. Ini menjadi "boomerang" di dalam negeri karena menghapus potensi surplus untuk membantu mengatasi kekurangan energi domestik.
Krisis pun telah diperburuk dengan cuaca dingin di pantai timur. Ini mendorong otoritas setempat untuk berkampanye meminta rumah tangga untuk menghemat penggunaan energi mereka.
Menteri Energi Chris Bowen yakin pasokan dalam sistem cukup untuk menghindari pemadaman lebih panjang. Namun, ia membenarkan bahwa Australia akan menghadapi "musim dingin yang berat" dengan suhu rendah, pemadaman PLTU, tekanan geopolitik, dan banjir di wilayah pantai timur.
"Kombinasi yang menciptakan krisis," tulis media Prancis itu mengutipnya.
Sementara itu, pakar energi Richie Merzian dari The Australia Institute mengatakan keseimbangan perlu diubah untuk menghindari krisis semacam ini. Australia diharapkan tak bergabung lagi pada batu bara dan gas.
"Selama Australia tetap bergantung pada gas dan batu bara, konsumen Australia akan berada di atas harga bahan bakar global yang dipengaruhi oleh peristiwa di luar kendali kami," tegasnya.
(sef/sef)