Internasional

Australia Batal "Kiamat" Listrik, Batu Bara Juru Selamatnya

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
17 June 2022 22:00
This handout photo taken on January 26, 2022 by the Australian Defence Force shows the Australian flag flying on board the HMAS Adelaide as the ship arrives in Nuku'alofa, Tonga, carrying disaster relief and humanitarian aid supplies following the January 15 eruption of the Hunga Tonga-Hunga Haapai underwater volcano nearby. (Photo by CPL Robert Whitmore / Australian Defence Force / AFP) / -----EDITORS NOTE --- RESTRICTED TO EDITORIAL USE - MANDATORY CREDIT
Foto: AFP/CPL ROBERT WHITMORE

Jakarta, CNBC Indonesia - Krisis listrik yang dialamiĀ Australia semakin berkurang. Hal ini terjadi setelah operator energi negara itu menghidupkan kembali beberapa pembangkit batu-bara yang sebelumnya dinonaktifkan.

Dalam keterangan Jumat, (17/6/2022), operator mengatakan telah menghidupkan kembali sepertiga pembangkit batu bara yang nonaktif. Ini digunakan untuk mengeliminasi resiko pemadaman listrik di wilayah Timur negara itu.

"Operator Pasar Energi Australia (AEMO) dapat mengkonfirmasi pasokan listrik yang cukup dapat tersedia untuk memenuhi perkiraan permintaan selama akhir pekan di semua wilayah di Pasar Listrik Nasional," kata AEMO dikutip Reuters.

Australia adalah salah satu dari tiga produsen batu bara dan gas terbesar di dunia. Bahan bakar fosil menyediakan sekitar 71% listrik di mana batu bara mendominasi 51%.

Namun saat ini, sekitar seperempat dari pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) di pantai Timur offline karena pemadaman dan pemeliharaan. Belum lagi gas yang kabarnya akan diborong Eropa untuk menggantikan pasokan Rusia.

Selain itu, krisis ini sendiri diakibatkan oleh kenaikan harga bahan energi. Kenaikan ini tidak diimbangi oleh kenaikan tarif listrik yang ditahan di level 300 dolar Australia (Rp 3 juta) per MW.

Perdana Menteri (PM) Anthony Albanese, yang berasal dari Partai Buruh, menyalahkan krisis energi pada pemerintah sebelumnya. Australia sembilan tahun dikuasai oleh Partai Liberal.

"Konsekuensi dari kegagalan pemerintah sebelumnya untuk menerapkan kebijakan energi yang dirasakan saat ini," katanya kepada wartawan di Brisbane, dikutip AFP.

Pakar energi Richie Merzian dari The Australia Institute mengatakan keseimbangan perlu diubah untuk menghindari krisis semacam ini. Australia diharapkan bergabung lagi pada batu bara dan gas.

"Selama Australia tetap bergantung pada gas dan batu bara, konsumen Australia akan berada di atas bahan bakar global yang dipengaruhi oleh peristiwa di luar kendali kami," tegasnya.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Gawat! Australia Terancam Gelap Gulita, "Kiamat" Listrik?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular