Internasional

Ini "Senjata" Baru Biden-Yellen Hajar Inflasi AS

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
Rabu, 08/06/2022 09:05 WIB
Foto: AP/Evan Vucci

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dan Menteri Keuangan (Menkeu) AS Janet Yellen meluncurkan investasi tambahan dalam energi terbarukan serta kenaikan pajak bagi kalangan atas. Hal ini dilakukan untuk menjinakkan inflasi di Negara Adidaya itu.

Dalam sebuah sesi Selasa (7/6/2022) waktu setempat, Yellen meminta kepada anggota parlemen untuk menyetujui hal ini. Ia mengungkapkan optimismenya bahwa metode ini mampu meringankan beban para warga yang terdampak inflasi tinggi ini.

"Saya percaya ada banyak hal yang dapat dilakukan Kongres untuk meringankan beban biaya yang dialami rumah tangga," kata Yellen kepada Komite Keuangan Senat dikutip AFP.


Yellen beranggapan bahwa investasi energi terbarukan dapat mengurangi ketergantungan minyak dan gas yang saat ini mengalami kenaikan harga pasca serangan Rusia ke Ukraina. Di AS, harga minyak per Selasa telah mencapai rekor baru di angka US$ 4,92 (Rp 71 ribu) per gallon.

"Harga gas, meskipun sangat tinggi ... akan lebih tinggi tanpa itu," tambahnya.

Selain minyak, ia juga mendukung lebih banyak pengeluaran untuk perumahan yang terjangkau. Termasuk upaya untuk mengendalikan harga obat-obatan.

"Inflasi benar-benar masalah ekonomi pada saat ini, dan sangat penting bagi kita untuk mengatasinya. Saya prediksi inflasi tetap tinggi, meskipun saya sangat berharap itu akan turun sekarang," jelasnya lagi.

Meski begitu, ucapan Yellen ini mendapatkan pertentangan dari Partai Republik. Partai yang saat ini berada di luar pemerintahan itu menyebut kebijakan energi dan iklim pemerintah sebagai alasan krisis energi.

Partai Republik juga menyalahkan stimulus Covid-19 yang dinamakan 'Rencana Penyelamatan Amerika 2021' sebagai alasan utama inflasi.

"Apa yang saya dengar adalah tidak apa-apa untuk menaikkan pajak sekarang dan menggenjot lebih banyak stimulus untuk menangani krisis ini. Saya hanya harus mengatakan bahwa saya tidak setuju dengan Anda tentang hal itu," kata Senator Mike Crapo, seorang Republikan yang mewakili Idaho.

Inflasi AS sendiri saat ini sedang dalam level yang cukup tinggi. Dalam data terbaru bulan April 2022, inflasi di AS telah mencapai 8,2%.

Hal ini juga sempat mendorong The Fed untuk menaikkan suku bunga acuan sebanyak 50 basis poin menjadi 0,75-1%. Kenaikan tersebut menjadi yang terbesar dalam 22 tahun terakhir.


(sef/sef)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Bukti Kepercayaan Konsumen AS Memburuk di Juni 2025