Internasional

Bukan China atau Rusia, Ini 'Musuh' Baru AS

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
13 January 2022 07:31
Rangkaian bendera Amerika Serikat dipasang di Washington D.C., menjelang pelantikan Presiden dan Wakil Presiden terpilih, Joe Biden dan Kamala Harris. (AP/Alex Brandon)
Foto: Rangkaian bendera Amerika Serikat dipasang di Washington D.C., menjelang pelantikan Presiden dan Wakil Presiden terpilih, Joe Biden dan Kamala Harris. (AP/Alex Brandon)

Jakarta, CNBC Indonesia - Amerika Serikat (AS) memiliki 'musuh' baru. Bukan China atau Rusia atau negara manapun dunia, tapi terkait situasi dalam negerinya.

Saat sedang bergulat dengan kenaikan Covid-19, akibat Omicron, AS kini juga dilanda inflasi tahunan terbesar. Bahkan tertinggi dalam hampir empat dekade.



Melansir Reuters, Rabu (12/1/2022), Indeks Harga Konsumen (CPI/IHK) naik 0,5% pada Desember 2021, setelah naik 0,8% di November sebelumnya. Harga konsumen AS meningkat kuat pada Desember karena harga sewa yang tinggi.

Selain itu, konsumen juga membayar lebih untuk makanan, meskipun kenaikan harga makanan sebesar 0,5% lebih rendah dibandingkan tiga bulan sebelumnya. Harga buah-buahan dan sayuran naik meski daging sapi turun 2,0% setelah kenaikan tajam belum lama ini dan harga bensin turun 0,5% setelah naik 6,1% di November dan Oktober 2021.

Dalam 12 bulan hingga Desember, IHK melonjak 7,0%. Jumlah ini menjadi peningkatan year-to-year (yoy) terbesar sejak Juni 1982 dan mengikuti kenaikan 6,8% pada November.

Meningkatnya inflasi juga mengikis kenaikan upah di mana penghasilan mingguan rata-rata yang disesuaikan dengan inflasi turun 2,3% pada yoy pada Desember. Meski inflasi overheat, pembacaan Desember sebenarnya sudah diekspektasikan pasar di mana indeks utama Wall Street menghijau penutupan kemerin maktu setempat.

Sementara itu, Presiden AS Joe Biden mengatakan hampir setiap negara menderita inflasi ketika ekonomi global pulih dari pandemi. "Laporan ini menggarisbawahi bahwa kami masih memiliki lebih banyak pekerjaan yang harus dilakukan, dengan kenaikan harga yang masih terlalu tinggi dan menekan anggaran keluarga," kata Biden dalam sebuah pernyataan.

Sebelumnya, Federal Reserve (Fed) juga akan mulai menaikkan suku bunga pada awal Maret mendatang.
Ketua Fed Jerome Powell mengatakan bank sentral AS siap untuk melakukan apapun untuk menjaga inflasi tinggi agar tidak "mengakar".

Hal ini diutarakan Powell Selasa, dalam kesaksiannya dalam sesi dengar pendapat pencalonannya di hadapan Komite Perbankan Senat untuk masa jabatan empat tahun kedua sebagai kepala bank sentral. Ia dicalonkan lagi oleh Biden dari Partai Demokrat, meski sebelumnya ditunjuk mantan Presiden AS Donald Trump yang Republik.

"The Fed akan dipaksa untuk mulai menaikkan suku bunga pada bulan Maret dan tergantung pada tekanan politik pada mereka, dari kedua sisi, mereka harus menaikkan suku empat kali atau lebih di tahun ini dan berpotensi lebih dari itu. tahun depan," kata kepala investasi di Independent Advisor Alliance di Charlotte, North Carolina, Chris Zaccarelli,

Inflasi jauh di atas target fleksibel 2% Fed. Ini didorong peningkatan di pasar tenaga kerja yang semakin ketat. Tingkat pengangguran turun ke level terendah 22 bulan di 3,9% pada Desember. Pasar telah memperkirakan peluang sekitar 80% dari kenaikan suku bunga di Maret, menurut alat FedWatch CME.

Para ekonom mengatakan sifat inflasi tampaknya telah membuat pejabat Fed lengah. Ada kekhawatiran bahwa ekspektasi inflasi dapat mengakar dan memaksa The Fed untuk secara agresif memperketat kebijakan moneter, yang berpotensi menyebabkan resesi.

"Ini adalah pertama kalinya The Fed mengejar alih-alih mencoba mencegah inflasi yang tidak ada sejak 1980-an. Kuatkan dirimu," kata kepala ekonom di Grant Thornton di Chicago, Diane Swonk.


(tfa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bukan China atau Rusia, 'Musuh dalam Selimut' Teror AS

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular