Tak Cuma China, Indonesia Juga Bakal Salip Amerika

MAIKEL JEFRIANDO, CNBC Indonesia
08 June 2022 08:40
Hari Pertama Usai Libur Lebaran, Jakarta Macet Lagi (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Hari Pertama Usai Libur Lebaran, Jakarta Macet Lagi (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kabar baik menghampiri Indonesia. Bank Dunia baru saja melaporkan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia terbaru, termasuk Indonesia dan sederet negara lain.

Indonesia dilaporkan akan meraih pertumbuhan ekonomi 5,1% pada 2022, lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 3,7%. Harusnya ekonomi Indonesia bisa sedikit lebih tinggi, namun karena guncangan global menahan laju pertumbuhan 0,1%.

Bila dibandingkan dengan sederet negara berkembang dan maju lainnya. Misalnya Amerika Serikat (AS) yang tumbuh pada 2021 sebesar 5,7% harus rela turun menjadi 2,5% tahun ini. Ekonomi AS melambat karena lonjakan inflasi yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir dan direspons dengan kenaikan suku bunga acuan.

Perlambatan juga dialami Eropa dari 5,4% menjadi 2,5%, Rusia dari 4,7% menjadi -8,9%, Turki dari 11% menjadi 2,3% dan Polandia dari 5,9% menjadi 3,9% serta India dari 8,7% menjadi 7,5%.

Brasil dan Meksiko juga alami penurunan drastis, di mana tahun ini ekonominya diramal cuma tumbuh di bawah 2%. Argentina tumbuh 4,5% dari posisi 10,3% pada tahun sebelumnya.

Perlambatan ekonomi yang terjadi memang dikarenakan beberapa faktor. Antara lain covid-19 yang kembali menyebar, perubahan arah kebijakan moneter, hambtan rantai pasok, perang Rusia dan Ukraina hingga inflasi.

David Malpass, Presiden Bank Dunia, bahkan memperingatkan pertumbuhan ekonomi dunia bisa lebih rendah lagi menjadi 2,1% tahun ini dan 1,5% tahun depan. Risiko yang membayangi perekonomian dunia di antaranya pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19), perang Rusia-Ukraina, gangguan rantai pasok, serta 'hantu' stagflasi.

"Bahaya stagflasi patut dipertimbangkan saat ini. Pertumbuhan ekonomi yang rendah sepertinya masih akan terus terjadi dalam satu dekade ini karena investasi yang lemah di hampir seluruh negara. Dengan inflasi yang mencatat rekor tertinggi dalam beberapa dekade terakhir dan pasokan masih akan tumbuh rendah, maka ada risiko inflasi tetap tinggi untuk waktu yang lebih lama," papar Malpass dalam konferensi pers, sebagaimana diwartakan Reuters, Rabu (8/6/2022).

growthFoto: Bank Dunia
growth


(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sri Mulyani: Ekonomi RI Semester I-2023 Diperkirakan 5-5,2%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular