AS & China Suram Tahun Depan, RI Bakal Kena Getahnya

Arrijal Rachman, CNBC Indonesia
05 June 2024 17:05
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo saat mengumumkan hasil rapat Dewan Gubernur bulan Maret 2024. (Tangkapan Layar Youtube Bank Indonesia)
Foto: Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo saat mengumumkan hasil rapat Dewan Gubernur bulan Maret 2024. (Tangkapan Layar Youtube Bank Indonesia)

Jakarta, CNBC Indonesia - Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengungkapkan kondisi global tahun ini hingga tahun depan masih akan sangat berat. Ini bisamenjadi tekanan terhadap aktivitas ekonomi Indonesia. 

"Kondisi ekonomi global yang serba tidak menentu banyak dinamika, dan tentu saja tantangan-tantangannya ini akan berdampak kepada ekonomi Indonesia tahun ini dan juga tahun ke depan," kata Perry saat rapat kerja dengan Komisi XI DPR di Gedung Parlemen, Jakarta, Rabu (5/6/2024).

Perry mengatakan, lima masalah perekonomian global yang akan berdampak pada ekonomi domestik pertama ialah terkait melemahnya potensi pertumbuhan ekonomi negara-negara maju. Ia menilai, potensi pertumbuhan ekonomi global pada tahun depan tidak hanya stagnan namun cenderung melemah.

Ia mencontohkan, pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat misalnya hanya akan tumbuh 2,5% pada 2024 dan menurun menjadi 1,9% pada 2025. China juga sama dari 4,7% pada tahun ini potensi pertumbuhannya menjadi semakin lemah pada 2025 menjadi hanya sebesar 4,1%.

"Tadi Bu Menteri Keuangan menyebutkan stagnan, tapi tidak hanya stagnan, negara-negara mitra dagang utama kita pertumbuhan ekonominya juga melambat," tegas Perry.

"Jadi harapan 6,6% hanya dari India. Intinya kondisi pertumbuhan ekonomi global ini tentu akan berpengaruh ke sumber-sumber ekspor yang perlu kerja keras supaya bisa jadi pendukung pertumbuhan," tuturnya.

Risiko kedua ia sebutkan terkait dengan harga komoditas yang juga akan berdampak ke tekanan inflasi global. Ia mengatakan, tekanan harga komoditas ini akan menyebabkan tekanan inflasi turunnya lambat berdampak juga terhadap tekanan inflasi di dalam negeri, khususnya terkait dengan harga pangan maupun energi.

Risiko ketiga terkait dengan potensi suku bunga AS Fed Fund Rate yang ia perkiraan baru turun akhir tahun ini sekitar 25 basis points (bps) dan sekitar 50 bps pada semester I tahun depan.

"Jadi kemungkinan Fed Fund Rate tahun depan berkisar 4,5%-4,75% dan ini berdampak juga suku bunga yield surat utang pemerintah AS yang tinggi di samping utang pemerintahnya yang besar, ini akan berdampak ke financing APBN kita," ucap Perry.

Adapun risiko keempat ialah terkait nilai tukar dolar yang masih akan menguat dan berdampak ke tekanan-tekanan dari nilai tukar mata uang seluruh dunia termasuk rupiah.

Terakhir, risiko kelima adalah risiko-risiko global geopolitik yang berdampak ke perlunya menjaga arus modal yang terus masuk untuk menjaga stabilitas eksternal.

"Ini tentu lima hal yang berpengaruh ke tiga asumsi makro yang ingin kami sampaikan yaitu pertumbuhan, nilai tukar, dan inflasi," kata Perry.


(arm/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dunia Makin Sikut-sikutan, Sri Mulyani Akui Posisi RI Sulit!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular